Minggu, 24 Oktober 2010

Nasibmu PG N XI

Musim giling 2010 ini PTPN XI bukan tebang tebu tetapi justru tebang PG
Ironis mungkin kata atau perkataan yang lebih baik dalam merespon kinerja PTPN XI di musim giling mulai dari tahun 2008 sampai dengan 2010. Bahkan program usaha peningkatan kapasitas giling 2009-2010 yang memakan dana revitalisasi sekitar 350 juta lebih tidak membuahkan hasil yang cukup bisa dibanggakan. Nampaknya perencanaan yang amburadul atau hanya project  oriented saja di klas elite atau penggede PTPN XI. Sebagai direksi PTPN XI Irwan  yang masih terkesan “baru berwajah lama” tidak menunjukan prestasi yang gemilang, terkesan tidak mampu menguasai kinerja perusahaan BUMN yang masih menggunakan anggaran negara. Ironis lagi petani di kawasan lokasi PTPN XI justru memilih menyetor tebunya ke PG RNI dan PTPN X PG krebet Malang, PG Kebon Agung karena alasan jerih payah petani merasa lebih dihargai disitu,  daripada di PG-PG di lingkungan PTPN XI. Baik dari harga maupun aturan-aturan yang mengedepankan kesepakatan dengan pihak petani serta lembaga payung petani tebunya (APTRI nya). Hal ini menjadi sangat berbeda  jika dibandingkan yang terjadi di PTPN XI. Selama musim giling 2008 sampai dengan akhir musim giling oktober 2010, PTPN XI tidak mencapai target yang menggembirakan. Beberapa catatan kegagalan yang menurut PPTRM (Perkumpulan Petani tebu Rakyat Mandiri) sangat penting untuk segera disikapi sebagai kepedulian terhadap perusahaan negara milik rakyat Indonesia, antara lain :
1.       Taget giling 5,7 juta ton sampai dengan oktober ini , diperkirakan masih mencapai 3,7 juta ton, artinya tidak sesuai target perusahaan
2.       Target gula 451.434 ton, pada akhir musim giling kali ini, diperkirakan  hanya mencapai 230.000 ton. Traget tidak terpenuhi. Apakah ini juga akan menjadi pemicu gula impor masuk sebelum musim giling habis (gula rakyat habis terjual)
3.       Target giling dan pendapatan gula tersebut adalah tujuan yang dicanangkan oleh direksi (aktor intelektual : Soeyitno sebagai salah satu direksi) membuat pengajuan program PROJASEM (program peningkatan kapasitas PG Jatiroto dan PG  Semboro 2009-2010). Kapasitas giling yang direncanakan mencapai 7000 ton / hari. (uji coba mundur 2 minggu, karena alat-alat kurang mixing). Akibatnya kemungkinan besar dana revitalisasi yang di ambil dari dana bank terancam macet dalam pengembaliannya. Dikhawatirkan terjadio PG pailit. Rawan di merger/ ditutup/spin of/ KSO), yang membutuhkan pihak ketiga sebagai investor.
4.       3 PG di probolinggo rawan ditutup, PG-PG tersebut adalah PG Wonolangan, PG Pajarakan, PG Gending dan satu PG di Situbondo yaitu PG Olean . PG-PG ini telah menjadi korban ketidak becusan pengelolaan oleh Direksi PTPN XI, dan cenderung telah merugikan asset dan keuangan negara
5.       SP-BUN banyak yang melakukan kegiatan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan seperti menghiba pada petani-petani untuk menggiling tebu di PTPN XI. Dan kini SP-BUN dalam keadaan yang tidak stabil, karena didera oleh perubahan keberadaan PG-PG yang terancam ditutup. Muncul Faksi-faksi yang mencari tempat basah di PG-PG yang masih relatif eksis.
APTR mengalami krisis kepercayaan dari basis petani tebu terutama diwilayah PTPN XI, ketua APTR rasanya tidak ambil pusing dengan keadan yang terjadi pada petani. Disinyalir APTR PTPN XI berkonkalikong denga investor yang akan masuk mengakuisisi PG-PG bangkrut sehingga nantinya diharapkan akan terjadi perubahan kepemilikan dari negara kepada swasta. Artinya keuntungan hanya antar segelintir orang saja (sepertinya arum sabil sengaja membiarkan PG-PG PTPN XI mati secara perlahan). Hal ini ada kemungkinan terjadi, karena sejak 2 tahun yang lalu Arum Sabil berusaha mendidirkan pabrik-pabrik gula mini tetapi maish terganjal oleh perijinan dan peraturan perundangan yang berlaku. Banyak organ-organ yang merasa kecewa terhadap kepemimpinan Arum Sabil sehingga petani-petani tebu menggalang sendiri rasa solidaritas dan kepercayaan sesama petani tebu dalm memperjuangakan nasibnya. PPTR, HPTR, PPTRM, MATTRI dan beberapa lainnya yang masih sebagai kelompok-kelompok kecil yang masih mengharapkan perusahaan negara ini mampu menjadi mitra petani dan sebagai pengendali harga gula nasional yang selama ini terombang-ambing oleh Baron-baron gula yangmempunyai hak istimewa  untuk mengimpor gula.
Atas perhatian terhadap beberapa catatan diatas kami sebagai salah satu organ petani tebu merasa perlu untuk menyatakan sikap kami.
Kami PPTRM menyatakan tidakpercaya lagi atas kepemimpinan Arum Sabil sebagai Ketua APTR, dan mengusulkan untuk menata barisan petani tebu untuk mengadakan sidang luarbiasa dalam rangka menyusun kepemimpinan baru yang lebih baik dari kemarin.
Kami  PPTRM menyatakan bahwa jajaran kementiran BUMN segera menindak para pejabat direksi PTPN XI  yang sudah tidak kapabel dalam mengelola PTPN XI demi peningkatan kesejahteraan petani maupun peningkatan pendapatan bagi negara (justru merugi) sebaiknya  dirombak total.
Kami menghimbau kepada  BPK maupun KPK untuk mengadakan audit investigasi dan penyidikan akan adanya dugaan penyalahgunaan keuangan demi kepentingan pribadi atau golongan sehingga tuntas siapa yang bertanggung jawab. Dan apabila terbukti bersalah maka akan  dikenai hukuman yang setimpal atas perbuatannya.
Demikian surat terbuka ini kami sampaikan sebagai ungkapan keprihatinan rakyat petani tebu, yang mencintai keberadaan perusahaan negara yang memberikan kesejahteraan rakyat dan pendapatan untuk negara Indonesia.
Jember 21 oktober 2010
Hormat kami,
Kusuma
Perkumpulan Petani Tebu Rakyat

1 komentar:

  1. ditambal sana bocor disini,bocor disumbat ambrol disisi lainnya....begitulah PTPN XI mas

    BalasHapus