Bait 01
Tertulis dalam babad tanah Jawi, dalam ingatan orangtua tentang Prabu Brawijaya Sang Kertabumi, raja di Majapahit bahwa ia memperistri Putri Wandan, dan memperoleh putra tampan berwibawa rupanya, ia disebut Raden Bondan Kejawan Saat ia dilahirkan Majapahit telah mendekati kehancurannya karena itu dititipkanlah ia kepada Ki Juru Sabin apalagi karena ibundanyapun meninggal sewaktu melahirkan Setelah mencapai usia remaja Bondan Kejawan dibawa ke Tarub untuk dibina jiwa dan raganya oleh Ki Ageng Tarub ketika disanalah ia berganti nama menjadi Raden Lembu Peteng
Bait 02
Adapun Ki Ageng Tarub itu sebenarnya putra Dewi Rasawulan yaitu putri tumenggung Tuban Wilatikta yang perkasa ia pun adik Raden Said, yang disebut juga Sunan Kalijaga Ki Ageng itu menikah dengan Dewi Nawang Wulan dan menurunkan seorang anak wanita bernama Dewi Nawangsih maka dengan Dewi Nawangsihlah Bondan Kejawan menikah dan berputra Raden Getas Pandawa, yang lalu menurunkan Ki Ageng Sela, abdi setia, prajurit di kesultanan Demak Ia cakap mengabdi, bahkan turut perang melawan Majapahit tetapi setelah tua kembalilah ia ke desanya di sana menulis sebuah serat pepali untuk anak cucu
Bait 03
Dari putri Sumedang Ki Ageng sela menurunkan dua orang anak yaitu Nyi Ageng Saba dan Ki Ageng Ngenis ing Nglawean Ki Ageng Ngenis adalah pengabdi dan pendukung Mas Karebet bahkan hingga naik takhta dengan gelar Sultan Hadiwijaya Karena jasa-jasanya dari raja Pajang itu memperoleh dukuh Perdikan yaitu Nglaweyan di mana ia kemudian menetap hingga mangkatnya Putra Ki Ageng, yang bernama Ki Gede Pemanahan menjadi abdi Sultan Pajang, dan diangkat menjadi kakak Karena kasihnya ia selalu membela junjungannya hingga berani menghadapi Arya Penangsang dari Jipang seorang musuh Pajang yang sombong dan angkuh sikapnya karena dukungan Ki Juru Mertani, Ki Penjawi dan Sutawijaya berhasillah Ki Gede Pemanahan membinasakan Arya Penangsang yang gugur dalam kemarahan di aliran Bengawan Sore Karena jasanya itu maka Sultan Pajang menghadiahkan Alas Mentaok dan daerah Kadipaten Pati kepada Pemanahan dan kepada Penjawi.
Bait 04
Demikianlah maka pada suatu hari yang penuh berkat berangkatlah rombongan Ki Gede ke Alas Mataram di situ ada di antaranya: Nyi Ageng Ngenis, Nyi Gede Pemanahan Ki Juru Mertani, Sutawijaya, Putri Kalinyamat, dan pengikut dari Sesela Ketika itu adalah hari Kamis Pon, tanggal Tiga Rabiulakir yaitu pada tahun Jemawal yang penuh mengandung makna Setibanya di Pengging rombongan berhenti selama dua minggu Sementara Ki Gede bertirakat di makam Ki Ageng Pengging Lalu meneruskan perjalanan hingga ke tepi sungai Opak Di mana rombongan dijamu oleh Ki gede Karang Lo Setelah itu berjalan lagi demi memenuhi panggilan takdir hingga tiba di suatu tempat, disana mendirikan Kota Gede
Bait 05
Semakin lama negeripun semakin berkembang jua malah dilengkapi keraton yang selesai dibangun tahun 1578 Di sanalah Ki Gede Pemanahan memerintah, sebagai bawahan Pajang Hingga akhirnya mangkat dipanggil ke hadirat Sang Pencipta serta dimakamkan di halaman mesjid Agung di Kuto Gede pada tahun ber-candrasengkala “Lunga trus rumpaking bala” Maka Ki Gede Pemanahan meninggalkan tujuh orang anak: Pertama Mas Danang, yang disebut pula Sutawijaya dan sering dipanggil Raden Ngabehi Lor ing Pasar kedua Raden Jambu, ketiga Raden Santri keempat Raden Kedawung, kelima Raden Tompe keenam istri Arya Dadap Tulis, ketujuh istri Tumenggung Mayang
Bait 06
Tersebutlah Sutawijaya ditunjuk Sultan Pajang menjadi pengganti ayahnya, dengan gelar Senopati Ing Alaga Ia adalah pemimpin yang cakap, dan prajurit yang gagah perkasa tegasnya pantas ia menjadi raja, sebagaimana yang dicita-citakannya Sewaktu bertirakat di batu besar Lipura ia mendapat wahyu bahwa akan menjadi raja, yang menurunkan Wangsa Agung diperingati oleh paman Ki Martani, ia menyusuri kali Opak ke arah timur lalu bertapa di laut selatan, yaitu di tepi ombak yang menderu di tempat bernama Sawangan, di wilayah Kanjeng Ratu Kidul Sementara itu Ki Juru Martanipun memberinya dukungan dengan menjalankan prihatin tapa, di lereng gunung Merapi
Bait 07
Setelah itu bersiaplah mereka mempersiapkan kebangunan Mataram menjawab panggilan sejarah, memenuhi amanat leluhur Segala adipati, penguasa, dan tokoh di sekitar Mataram ditundukannya untuk menjadi pendukung usahanya Ki Ageng Mangir, adipati Kulon Progo, yang ingin merdeka dibinasakannya, walau ia adalah seorang menantu yaitu suami Kanjeng Ratu Pembayun, putri Senopati yang suka supaya ayahandanya dan suaminya mau bersatu Seterusnya Senopatipun memperkuat semua pasukannya juga membangun parit dan benteng, seakan menantang Pajang Setelah itu ditemukannya berpuluh dan beratus halaman tempat dituliskannya seribu satu malam alasan untuk tidak datang ke Pajang, dan bersembah kepada raja Marahlah Adiwijaya, Pajang menyerbu, pertempuran pecah di Prambanan gagah orang Mataram berjuang, maka Pajangpun mengundurkan diri Pada perjalanan pulang Sultan Adiwijaya jatuh sakit dan sangat parah keadaannya sewaktu tiba di kota penuh hormat dan kasih Senopati mengiringkan perjalanannya malah menyuruh letakkan serumpun kembalian cinta berupa kembang selasih, yang diletakkan di gerbang istana akhirnya mangkatlah Sri Sultan, terbukalah jalan bagi Mataram Maka kemenangan Mataram itu terjadi pada tahun Saka 1508 dan diperingati dengan Candrasengkala pada gerbang mesjid Agung
Bait 08
Setelah itu mulailah Sang Panembahan Senopati berperang untuk menaklukkan daerah-daerah di tanah Jawa ia pergi bertempur melawan adipati-adipati di timur bahkan pernah pula berlaga melawan Pati berperang melawan Pragola Pertama, putra Ki Penjawi demikianlah hidupnya penuh perjuangan, hingga ia mangkat pada tahun 1601 di Bale Kajenar yang disebut juga Gedhong Kuning seperti ayahandanya iapun dimakamkan di halaman mesjid Agung di ibukota praja Mataram, negeri para perwira
Bait 09
Lalu naiklah raja baru, yaitu Mas Jolang, anak Kanjeng Ratu Pati ia mengenakan gelar Sunan Hadi Prabu Anyakrawati Walaupun sebentar memerintah iapun sering bertempur melawan para adipati di timur dan di pesisir utara serta terus berusaha menanam pengaruh, di Sumatra dan Sukadana Di bidang pembangunan ia rajin memperindah istana juga tekun mendorong perkembangan sastra Sebagai contoh adalah menjadi majunya ilmu pewayangan sebagai buah-tangan hasil karya Ki Dalang Panjang Mas Adapun Sunan Hadi Prabu Anyakrawati mangkat ketika celaka sewaktu melakukan perburuan di Krapyak maka iapun disebut orang Panembahan Seda Krapyak ia dimakamkan di Kota Gede bersama dengan seluruh keluarga istana
Bait 10
Lalu naik takhtalah Mas Rangsang, putra prabu dari Kanjeng Ratu Pajang pembawaannya sungguh seperti Senopati Ing Alaga dan sebagai imam disebut pula Sayidin Panatagama Khalifatullah sedangkan gelarnya adalah Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma Ia adalah negarawan yang berkemauan dan bercita-cita keras bijaksana, jujur, adil, menyukai sastra, dan bertakwa Sejak mulai memerintah tekun membina roda pemerintahan memperkuat tentara dan mengukuhkan kehormatan Mataram kesiagaan kerajaan agung ditingkatkan dan kewaspadaan dijaga sebab dimana-mana timbul tantangan dan perlawanan Tahun 1614 Mataram menyerbu kota-kota Pasuruan dan Lumajang tetapi lalu mundur di kejar gabungan tentara Wetan pecah pertempuran di tepi sungai Andaka dan Matarampun jaya Tahun 1615 di bawah pimpinan Prabu Agung Mataram menyerbu Wirasaba, kota benteng di Maja Agung, diporak-porandakan Tetapi telah berkumpul di Lasem para adipati Wetan dipimpin dipati Surabaya yang ingin menahan kemajuan Mataram Tentara Mataram yang sedang kembali dikejar mundur hingga di Pajang dimana tentara Wetan dipukul mundul Tidak menyerah pada tahun 1616 gabungan adipati Wetan ganti menyerbu di Siwalan-Pajang pecah pertempuran yang dimenangkan Mataram terus Mataram maju menyerang dan merebut Lasem dan pada tahun berikutnya menaklukkan Pasuruan hingga adipatinya terpaksa lari ke Surabaya
Bait 11
Seterusnya pada tahun 1618 Pajang memberontak maka dijarah habis kotanya dihancurkan dan penduduknya digiring ke Mataram Tahun 1619 pelabuhan Tuban di kepung selama berbulan-bulan hingga rakyatnya menyerah karena tak tahan derita Tahun 1620 dan 1621 Mataram menyerbu Surabaya, tetapi gagal sebab selat Madura belum dikuasai, dan bantuan pangan tetap datang dari para sekutu di Madura dan di Sukadana Tahun 1623 Mataram menyerbu lagi dengan ganasnya habis rusak Jortan, Gresik dan seluruh kitaran Surabaya Adipati Kendalpun dikirim untuk merebut Sukadana Tetapi tetap saja Surabaya tangguh bertahan dalam serbuan itu akhirnya gelombang prajurit Mataram menyapu Madura Sumenep, Bangkalan dan Sampang semua tunduk tanpa kecuali banyak para ningrat terbunuh, banyak pula yang lari ke Giri dan Banten Setelah itu dikepunglah Surabaya dan dibendunglah sungai Mas ditaburkan racun dan bisa pada airnya yang menggenang di kota ribuan rakyatnya mati karena penyakit dan kelaparan maka setelah bertempur dengan penuh keberanian dan kegagahan akhirnya Surabaya tunduk dan menyerah kalah Pada tahun 1625 yaitu di puncak kejayaan Mataram dibuatlah meriam Pancawura sebagai lambang kekuasaan Tetapi perang penaklukkan oleh Mataram belum selesai sebab tanah Jawa belumlah semuanya tunduk
Bait 12
Pada tahun 1627 Prabu Agung memimpin pasukan menyerbu Pati karena Pragola kedua terlihat akan memberontak kota Pati dijarah habis dan rakyatnya dijadikan tawanan sedangkan keluarga Pragolapun sirna dari sejarah Jawa Setelah itu bersama tentara Sunda dari Ukur dan Sumedang pasukan Mataram menyerbu kedudukan Belanda di Betawi dalam penyerbuan pertama di tahun 1625 dan dalam penyerbuan kedua di tahun 1626 Walaupun gagah dalam menyerbu Mataram terpaksa mundur karena kuatnya pertahanan kota Belanda di Betawi dan jayanya armada laut serta mutakhirnya persenjataan Beberapa saat setelah itu bergolak pula daerah Kulon karena Ukur dan Sumedang memberontak kepada raja maka dengan dukungan Panembahan Cirebon dan para umbul Sunda menyerbulah Mataram dan memadamkan pemberontakan sedangkan adipati Ukurpun dihukum mati
Bait 13
Tetapi Sultan Agung bukanlah hanya pemenang dalam perang sebab ia juga menjadi pelopor pembangunan dan kebudayaan Kraton didirikan, mesjid diperindah, dan gerbang Tembayat dipugar Ia menulis surat sastra Gending, tentang hal kebatinan yaitu persatuan antara sastra aksara dan gending marifat Ia juga menyatukan tarikh saka dan tarikh hijrah dan memadu perayaan garebeg dengan puasa dan maulud maka di masa itu ia memerintahkan penulisan babad kejayaan Walaupun semua berjalan dengan lancar dan baik terjadi pula beberapa keresahan di Mataram Pada tahun 1630 beberapa pengikut Tembayat dengan dukungan Tepasana dan Kajoran memberontak tetapi kemudian tunduk kepada kewibawaan Prabu Agung Selanjutnya pada tahun 1636 Panembahan Kawis Guwa yaitu keturunan Sunan Giri, menolak kekuasaan Mataram akibatnya Giri diserbu dan Panembahan dikalahkan Pada tahun 1635 Matarampun telah menyerbu Balambangan dan Panatukan yang kukuh bertahan karena bantuan Dewa Agung dari Gelgel Lalu pada tahun 1639 sekali lagi Mataram menyerbu ke timur Setelah menang ingin terus menyerbu ke pulau Bali tetapi rencana dibatalkan karena banyak perwira telah gugur Demikianlah Mataram itu pada puncak kekuasaannya besar, megah dan sangat unggul di sebagian besar Jawa serta dihormati oleh Jambi, Palembang, Banjar dan Makasar yang sering mengirimkan utusan dengan hadiah ke ibu kota Akhirnya pada bulan Februari tahun masehi 1646 mangkatlah Sultan Agung dan dimakamkan di Imogiri yaitu bukit pemakaman keramat keluarga istana yang menjadi lambang dan tanda keagungan Mataram
Bait 14
Lalu naik takhtalah Pangeran Adipati Anom, putra prabu dari Kanjeng Ratu Kulon yang memerintah dengan gelar Susuhunan Amangkurat pertama Pada dirinya itulah terhimpun riwayat dan sejarah keluarga dari pihak ayahandanya berdarah Senopati dan Pamanahan dari pihak ibundanya ia mewarisi darah para pemuka Sunda Sebab ibunda Kanjeng Ratu Kulon bukan saja memiliki Batang, sebagai tanah gaduhan tetapi ia juga putri Panembahan Cirebon, yaitu Panembahan Ratu Sedangkan Panembahan Ratu adalah turunan darah Syarif Hidayatullah yaitu wali yang disebut Susuhunan Gunung Jati, dan Ibunda Gunung Jati adalah Nyi Rara Santang yang saleh adik Panembahan Cakrabuwana, yaitu Raden Arya Santang atau Haji Abdul Iman dan kakak Sunan Rakhmat Suci, yaitu Raden Kian Santang atau Prabu Sagara Maka mereka bertiga itu adalah anak Nyi Ratu Subang Karancang yaitu santri wanita, putri patih Mangkubumi dari Jayasingapura yang dijadikan istri oleh Prabu Siliwangi Ratu Jayadewata penguasa Prahajyan Sunda yang agung dan luhur disebut juga Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran Karena itu pada diri sang Adipati Anomlah bersatu darah Brawijaya, darah Mataram dan darah Siliwangi
Bait 15
Adapun masa pemerintahan Susuhunan Amangkurat Ingalaga Mataram itu penuh dengan kemelut, bencana, dan gejolak musuhnya banyak baik di luar maupun di dalam istana baik di kalangan sentana raja, ulama, maupun penguasa daerah dan sering pula mengalami pecahnya pemberontakan Pada tahun 1647 Balambangan mengangkat senjata dipimpin Tawang Alun yang ingin merdeka dari Mataram maka terjadilah penyerbuan ke timur dan pertempuranpun pecah banyaklah pejabat Mataram yang gugur dalam memadamkan pemberontakan Demikian pula di Mataram Pangeran Alit dibinasakan para pengawal raja karena dengan keris terhunus ingin membunuh kakanda prabu Seterusnya Amangkurat bersilang jalan pula dengan Pamanda Purbaya dan bahkan di kemudian hari dengan anak kandungnya, Adipati Anom yang lahir dari Kanjeng Ratu Surabaya, putri Pangeran Pekik yaitu Adipati Surabaya yang dihukum mati Amangkurat Maka dalam suasana kemelut dan pecah-belah itu kekuatan lawan perlahan-lahan mulai tersusun Trunojoyo, turunan Sampang dan Bangkalan membangkang dibantu Kraeng Galesung, pemimpin pelarian Makasar di Demang-Basuki didukung oleh keluarga besar Kajoran di Klaten yang di pimpin oleh Raden Kajoran Ambalik, yaitu Panembahan Rama bahkan putra mahkota Adipati Anom mulanya bersahabat dengan Trunojoyo
Bait 16
Pada tahun 1675 serangan Madura dan Makasar datang melanda dan secara singkat wilayah dari Gresik hingga Pajarakan jatuh di Madura Trunojoyo mengambil gelar Panembahan Maduretna dan dengan restu Sunan Giri menundukkan kota Surabaya Akhirnya bergeraklah tentara Mataram dengan dukungan pasukan Sunda di bawah pimpinan Pangeran Purbaya dan Adipati Anom yang bersetengah hati pertempuran pecah di Gegodog, di sebelah timur Tuban Mataram dikalahkan, Purbaya gugur dan Anom melarikan diri Tentara Trunojoyo terus menyerbu dengan penuh semangat hingga jatuh seluruh pantai utara, kecuali kota Jepara Sementara itu Belanda ingin melihat Mataram berkuasa terus maka pada tahun 1677 menyerbu Madura dan merusak Maduretna Tetapi tentara Trunojoyo dan Kajoran telah memasuki Mataram tanpa tertahan oleh para pangeran yang terpecah belah maka kraton di Pleredpun jatuh serta dibakar habis seluruh harta kekayaannya diangkut ke Jawa Timur
Bait 17
Dalam keadaan sakit Susuhunan mengundurkan diri ke barat untuk meminta bantuan keluarga ibunya merebut Mataram dengan diiringi keluarga dan para pengawal yang setia dilintasinya Bagelen, pegunungan Kendeng, wilayah Banyumas kemudian terus ke utara menujun ke daerah Batang Sementara itu Adipati Anom bertobat dan menggabungkan diri lalu dari tangan ayahnya menerima semua pusaka kraton Sebelum mencapai Tegal Susuhunan Amangkurat meninggal dunia dan disemayamkan di sebuah bukit kecil di Tegal Arum dan sejak saat itu disebut Panembahan Seda Tegal Arum
Bait 18
Maka hilanglah segala kebingungan dan kelesuan dari putra sang Prabu bangkitlah semangatnya dan bercahaya wajahnya karena wahyu keratuan disebutnya dirinya dengan gelar Susuhunan Amangkurat kedua dan diterimanya pengakuan dari para pangeran dan penguasa Pasir luhur, Batang, Cirebon, Semarang dan Jepara mendukungnya juga diterimanya janji untuk membantu dari Belanda Bersama pasukannya ia maju kearah timur untuk merebut hak tetapi tertahan di batas Mataram, karena ulah kakanda Puger yang dalam keadaan kacau telah mengangkat dirinya menjadi raja maka Amangkurat Amral berbelok ke utara menuju Jepara di sana menandatangani perjanjian dengan Belanda dilepasnya seluruh hak atas Jawa Barat, dan ditanggungnya biaya perang kemudian Belanda merebut seluruh wilayah Pantai utara untuk diserahkan kembali sebagai milik Susuhunan Raja Mataram sendiri merebut Kediri, dimana Trunojoyo ditangkap dengan kerisnya sendiri Susuhunan menghukumnya mati Lalu pada tahun1680 Amangkurat mendirikan istana di Pajang-Wanakerta dan pada tahun 1681 menerima penyerahan diri kakanda Puger tetapi keluarga Kertasana dari Brantas dan Kajoran dari Klaten begitu pula orang-orang Wanakusuma dari Gunung Kidul dengan teguh meneruskan perjuangan mereka hingga kelak bergabung dengan Untung Surapati di tahun 1686
Bait 19
Susuhunan Amangkurat ke dua memerintah hingga tahun 1703 yaitu tahun dimana sang prabu meninggal dunia dan dimakamkan Lalu naik takhtalah putra sang prabu, yaitu Susuhunan Amangkurat ketiga dibantu oleh Patih Nerang Kusuma, Panembahan Cakraningrat dan Untung Surapati raja muda itu ingin mengikis habis pengaruh Belanda di Mataram Pamanda Puger yang ingin menjadi raja merasa dicurigai maka larilah ia ke Semarang untuk meminta bantuan Belanda kembali bersama Belanda ke Mataram ia mengangkat dirinya menjadi raja dan disebut dengan gelar Sinuwun Pakubuwono pertama sedangkan Amangkurat ke tiga dan para pengikutnya lari ke timur untuk meneruskan perjuangan melawan Belanda bersama Surapati Setelah Surapati gugur pada tahun 1706 Susuhunan terus melawan hingga tahun 1708 yaitu ketika ia menyerah kepada Belanda Seterusnya ia diasingkan ke negeri Sailan, hingga mangkat disana pada tahun 1737.
Bait 20
Di negeri Mataram Pakubuwana pertama diikuti oleh yang kedua dan ketiga maka pada masa Pakubuwana ketigalah Pangeran Mangkubumi memberontak Karena ia tak terkalahkan diadakanlah perjanjian Giyanti pada tahun 1755 Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta di Surakarta berkuasa wangsa Pakubuwana dan di Yogyakarta wangsa Hamengkubuwana Selanjutnya terjadi lagi pemberontakan oleh Raden Mas Said, putra Mangkunegara, yang selama masa peperangan disebut Pangeran Samber Nyawa Iapun tak terkalahkan, sepak terjangnya benar-benar perkasa Pada tahun 1757 diadakanlah perjanjian Salatiga antara Raden Mas Said, Kasunanan dan Kompeni Belanda di mana di sepakati bersama pembentukan wilayah Mangkunegaran Terakhir adalah pembentukan wilayah Paku Alaman Sewaktu Inggris menguasai Jawa dari tahun 1814 hingga 1818 ketika itu Pangeran Natakusuma dianggap berjasa dan diangkat Gubernur Jendral menjadi Sri Paku Alam Kesatu Demikianlah berlalu kebesaran dan kejayaan Mataram untuk dikenang oleh semua orang yang menjadi pewarisnya
suatu masa akan datang arus deras tuntutan rakyat membalik paradigma kekuasaan
Senin, 20 Desember 2010
FORUM ANAK MUDA JAWA TIMUR
Untuk mengkosolidasikan wilayah , sumber ekonomi dan sumber daya manusia di jawa Timur melalui kekuatan fisik simbol - simbol modern professional perlu disiapkan.Cara hidup modern dan professional ternyata memberikan inspirasi yang cerdas bagi konsep koneksitas pemuda di Jatim. Dalam kondisi demikian idealisasi konsep pemuda sebagai ksatria pelopor berlangsung cukup terarah ke dalam partisipasi pembangunan . Konsep pemuda ksatria pelopor juga sering disebut " jiwa kejuangan ". Secara cultural tertanam “ jiwa kejuangan “ diantaranya rasa ikut memiliki, rasa ikut menjaga kepentingan bersama, dan rasa sadar dalam mengkoreksi diri sendiri. Tetapi seiring berjalannya waktu dan perkembangan jaman global ini, kejuangan pemuda - pemudi di Jatim ini semakin tipis. Mungkin karena tidak ada sambutan yang mampu mengakomodasi kepentingan mereka, sehingga pilihanya justru mengarah individualistis.
Hampir tak nampak keterlibatan para pemuda secara intens dengan urusan kepeloporan mengembalian kebesaran Majapahit, konsep Bhayangkara Gajah Mada, atau kegigihan sikap diplomasi Bung Karno, sikap darah juang 10 November Bung Tomo mengusir penjajah republic. Juga tentang kejelasan kepentingan ekonomi pemuda dibalik kemampuan profesionalnya. Bahkan tidak jarang golongan muda dianggap hanya memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada rakyat jelata pada umumnya. Upaya untuk mengisi konsep kepemudaan ini tentu terdorong oleh kesadaran bahwa untuk mengkonsolidasikan wilayah dan sumber-sumber ekonomi tidak cukup melalui pengaruh social cultural saja, tetapi juga melalui kekuatan kemampuan penguasaan teknologi informasi serta pengamanan ketertiban pertahanan kewilayahan. Bagaimana peran pemuda menjadi pelopor penggerak pembangunan sumber-sumber ekonomi dan manusia di Jawa Timur ini.
Implementasi ini terlihat dari aspirasi pemuda dalam mengusung pola kepemimpinan di Jatim, yang sekaligus mencerminkan perpaduan pendekatan modern tradisional dalam kekuasaan dan kehidupan sosial. Terbukti dalam penyelenggaraan proses demokrasi procedural baik Pilgub langsung maupun Pilbup dan Pilwalkot tidak ada goncangan yang berarti. Ini menunjukan sikap pemuda Jatim yang lebih menonjolkan sikap rasional yang dipadukan dengan kepentingan social kultur. Hal ini suatu perkembangan yang perlu diperhatikan oleh para penyelenggara pemerintahan di Jatim, bahwa pemuda sudah mulai mempunyai sikap yang sangat demokratis. Aspirasi pemuda mengalir tanpa ada yang mampu membendung untuk menyuarakan sikap politiknya, beraneka tetapi tidak anarkis. Ada yang nyata-nyata berdiri dibawah golongan politik baik secara individu maupun sebagai korps, ada yang muncul sebagai kekuatan sipil independen dan ada yang menyatakan tidak bersikap terhadap proses demokrasi yang dilangsungkan.
Ini wajar mengingat sebagai lembaga politik membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk mengongkosi aktivitas dan kampanye politik mereka. Untuk kepentingan itu, mereka mengusahakan bisnis dan mendirikan banyak perusahaan. Bahkan menarik para pemuda-pemudi, pengusaha dan asosiasi pengusaha untuk menjadi anggota atau duduk dibawah payung politiknya. Ini semata-mata guna membiayai kegiatan-kegiatan dan kesejahteraan organisasi onderbouwnya. Ada baiknya perusahaan yang langsung berafilasi dengan individu dan kelembagaan , maupun perusahaan yang bernaung dibawah koneksitas parpol dan pemerintah, bermain untuk memenangkan tender proyek-proyek pemerintah sebagai kue utamanya. Serumit-rumitnya dan kakunya birokrasi sedemikian rupa, ujungnya menguntungkan perusahaan yang berada dibawah pengaruh koneksitas parpol dan pemerintah. Sedangkan yang tidak termasuk dalam koneksitas tersebut tetap akan menjalankan roda perusahaanya secara independen diluar proyek pemerintahan (swasta). Dan yang belum memiliki akses usaha para pemuda tersebut berhimpun dalam kelompok-kelompok social dan cultural. Para pemuda tersebut juga membangun jejaring dan mengkreasi organisasinya agar tetap eksis sebagai wadah kepeloporan pemuda di wilayah Jatim.
Seiring perkembangan jaman dengan pandangan yang kian maju, muncul de-regulasi dan debirokratisasi ini umumnya hanya menguntungkan perusahaan-perusahaan yang memiliki manajemen profesional, perusahaan yang tidak menggantungkan kepada sektor negara dan sebaliknya berorentasi kepada pasar internasional. Jelaslah pihak yang dapat menikmati keuntungan adalah perusahaan-perusahaan generasi muda yang inovatif. Generasi muda kini sudah menumbuhkan pula basis penguasaan pasar yang baru seperti di bidang spiritual, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan daya cipta teknologi yang mengikuti perkembangan global. Basis-basis baru ini merupakan tuntutan masyarakat modern, sehingga mereka dituntut disiplin untuk makin profesional inovatif. Nah, disiplin ini yang sulit dikerjakan oleh generasi yang konservatif sehingga memerlukan penyegaran-penyegaran konsepsi kedepan.
ANAK MUDA DAN MASALAHNYA
Akibat krisis ekonomi tersebut tidak hanya dirasakan oleh mereka yang tinggal kota – kota tetapi juga mewabah di hampir semua sendi masyarakat, termasuk masyarakat yang tinggal dipedesaan di Jawa Timur. Sementara disisi lain , desa banyak menyimpan kekayaan luar biasa, dan apabila ditangani dengan serius dan profesional dapat menjadi lahan pemasukan yang tidak sedikit. Kehidupan masyarakat yang tinggal dipedesaan masih didominasi oleh sector pertanian (pangan maupun holtikultura), perkebunan dan perikanan.Namun sektor ini justru minim sekali keterlibatan kaum muda sebagai penerus berlanjutnya proses menuju pengembangan industrinya. Mungkin karena minimnya akses informasi pemuda desa banyak yang mengalami kebuntuan dalam usahanya.Dan kota menjadi pilihan tujuan mencari pekerjaan atau pelarian dari ketidakmampuannya menghadapi kenyataan hidup.
Kondisi tersebut juga terjadi dikota-kota di Jawa Timur, banyak pemuda menganggur tanpa ada kesempatan mencari kerja. Ada beberapa langkah instan yang dapat dilakukan pemuda untuk menjawab permasalahannya yaitu mengadu nasib ke kota-kota besar. Tanpa perbelakan ketrampilan yang memadai sehingga sampai di kota justru tantangan bertahan hidup sehari-harilah yang menjadi masalah mereka selanjutnya. Jika para pemuda dari desa tesebut mampu bertahan di kota-kota besar di Jatim, mereka lebih banyak berada disektor informal, jasa angkutan dan industry manufacture . tapi jika mereka tidak berhasil mendapatkan pekerjaan, maka akan menghadapi masalah. Dan masalah di kota ternyata lebih kompleks dan sangat bervariasi akibat yang ditimbulkannya. Ekses percepatan perkembangan kota, mulai dari sisi kenakalan remaja, kekerasan remaja, tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, dekadensi moralitas remaja, sampai dengan kejahatan pemuda.
Kondisi kekinian pemuda dan masalahnya justru mengalami masa-masa sulit, karena respon masyarakat, aparat keamanan dan pemerintah masih menganggap minor terhadap permasalahan kepemudaan ini. Adapun kegiatan yang dianggap positif pun kadangkala tidak cukup mendapatkan perhatian. Baik dalam kegiatan sport, minat bakat, ilmu pengetahuan dan kreatifitas pemuda yang berhasil dan berprestasi mengalami kurangnya dukungan dari pihak-pihak yang berkompeten. Ajang-ajang kreatifitas pemuda lebih popular justru mengandalkan partisipasi lembaga diluar pemerintahan, NGO maupun swasta tapi itupun sekarang semakin terbatas.
INISIASI FAM JATIM
Kondisi perekonomian dunia yang semakin lama semakin tidak cukup mengalami percepatan dalam perbaikan akibatnya Indonesia terkena dampak krisis global juga. Industry di Jawa Timur sebagai propinsi di bagian timur Jawa dan sebagai sentra industry merasakan juga akibatnya. Sehingga berakibat juga pada partisipasinya dalam usaha menggerakan dinamika garirah kepemudaan di Jawa Timur. Dalam rangka penanganan dampak dari krisis ekonomi global, maka penguatan pemberdayaan masyarakat yang terbentuk dalam komunitas-komunitas anak muda, kmunitas professional muda, kelompok seniman muda ataupun kelompok lainnya tumbuh sebagai upaya menggalang semangat melanjutkan proses re generasi. Pemuda adalah tumpuan harapan bangsa kedepan sangat penting untuk dipersiapkan kecakapannya dan kapasitasnya untuk menghadapi tantangan jaman kedepan.
Wadah persiapan slag orde pemuda di Jawa Timur nampaknya semakin menjadi kebutuhan bersama antar elemen masyarakat, baik itu jalur pengusaha, seniman, karir social politik, relawan social, keilmuwan maupun industry agraris untuk merintis pengupayaanya. Wadah ini semacam Forum Anak Muda Jatim , yang mempunyai pandangan untuk memperkuat dukungan pada program-program reguler penanganan pendampingan pemuda dalam menumbuhkan inovasi kreatitifitas, produktifitas dalam pengembangan berwirausaha agar mengurangi pegangguran dan penciptaan lapangan kerja dengan pendekatan penguatan ekonomi di wilayah perdesaan dan perkotaan serta penanganan masalah sosial agar dampak krisis global dapat dicegah penyebarannya mengingat implikasi krisis finansial global akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Timur pada khususnya dan situasi ini akan jauh lebih serius dibanding krisis ekonomi pada tahun 1998. Alasannya, pusat krisis terjadi pada negara tujuan eksport sehingga pasar produk eksport dipastikan terus melemah, konsekwensinya terjadi pemutusan hubungan kerja secara masal. Hal ini dapat dihindari kecuali bila ada tindakan-tindakan yang lebih optimal.
Forum Anak Muda Jatim nantinya juga sebagai sarana sharing teori maupun langkah konkrit dalam menumbuhkan inisiatif wirausaha kepada pemuda, inisiatif meningkatkan ketrampilan, minat bakat, kepemimpinan , daya cipta seni budaya dan teknologi.Pentingnya pemunculan inisyatif pemuda ini yang sering dilupakan, sehingga Forum Anak Muda Jatim inilah yang nantinya diharapkan sebagai lembaga yang mampu mensupport sepenuhnya inisyatif pemuda tentunya secara strategis akan didukung oleh pemerintah daerah propinsi Jatim beserta jajaranya. Ini penting sekali untuk menumbuhkan kepercayaan diri pemuda dalam menyusun akitifitasnya yang berkelanjutan.
Upaya pemberian keterampilan kepada pemuda telah banyak dilakukan oleh lembaga non pemerintah maupun pemerintah. Hal tersebut biasa diwujudkan dalam bentuk pelatihan managemen dan bantuan modal usaha, serta pendampingan. Namun upaya untuk menumbuhkan inisiatif berwirausaha jarang dijadikan program oleh pemerintah. Salah satu hambatan yang ditemui yaitu sulitnya memasuki pikiran pemuda karena mereka lebih tertarik dengan permainan santai dari pada kelas belajar yang tegang serius. Hal ini sebetulnya bisa ditangani dengan mengemas ajang atau acara populer yang disesuaikan dengan kondisi pemuda masa kini.
Secara umum pembentukan suatu wadah Forum Anak Muda Jatim tersebut diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam membangun jejaring pemuda-pemudi dalam kewilayahan kabupaten kota di Jawa Timur. Secara khusus Forum Anak Muda Jatim berinisyatif membentuk wadah untuk membangun gerakan perbaikan lingkungan sosial ekonomi pemuda yang lebih baik di desa atau kelurahan melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya beli masyarakat, dan penanganan masalah sosial pemuda. Menguatkan motivasi dan semangat wirausaha di perkotaan dan dipedesaan. pengembangan berwirausaha mikro sehingga berperan mengurangi angka pengangguran
GAGASAN AKTIVITAS FAM JATIM
Pekan Promosi Cipta Anak Muda,
Sarasehan Manajemen Industri Kreatif ,
Seminar Perencanaan Keluarga Sejahtera,
Workshop Tata Kelola Lingkungan Berkelanjutan,
Seminar Kepemimpinan Kaum Muda di Era Global,
Workshop Seni Budaya Anak Muda Jatim,
Liga Anak Muda Jatim,
Temu Regional Anak Muda Jatim,
Hampir tak nampak keterlibatan para pemuda secara intens dengan urusan kepeloporan mengembalian kebesaran Majapahit, konsep Bhayangkara Gajah Mada, atau kegigihan sikap diplomasi Bung Karno, sikap darah juang 10 November Bung Tomo mengusir penjajah republic. Juga tentang kejelasan kepentingan ekonomi pemuda dibalik kemampuan profesionalnya. Bahkan tidak jarang golongan muda dianggap hanya memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada rakyat jelata pada umumnya. Upaya untuk mengisi konsep kepemudaan ini tentu terdorong oleh kesadaran bahwa untuk mengkonsolidasikan wilayah dan sumber-sumber ekonomi tidak cukup melalui pengaruh social cultural saja, tetapi juga melalui kekuatan kemampuan penguasaan teknologi informasi serta pengamanan ketertiban pertahanan kewilayahan. Bagaimana peran pemuda menjadi pelopor penggerak pembangunan sumber-sumber ekonomi dan manusia di Jawa Timur ini.
Implementasi ini terlihat dari aspirasi pemuda dalam mengusung pola kepemimpinan di Jatim, yang sekaligus mencerminkan perpaduan pendekatan modern tradisional dalam kekuasaan dan kehidupan sosial. Terbukti dalam penyelenggaraan proses demokrasi procedural baik Pilgub langsung maupun Pilbup dan Pilwalkot tidak ada goncangan yang berarti. Ini menunjukan sikap pemuda Jatim yang lebih menonjolkan sikap rasional yang dipadukan dengan kepentingan social kultur. Hal ini suatu perkembangan yang perlu diperhatikan oleh para penyelenggara pemerintahan di Jatim, bahwa pemuda sudah mulai mempunyai sikap yang sangat demokratis. Aspirasi pemuda mengalir tanpa ada yang mampu membendung untuk menyuarakan sikap politiknya, beraneka tetapi tidak anarkis. Ada yang nyata-nyata berdiri dibawah golongan politik baik secara individu maupun sebagai korps, ada yang muncul sebagai kekuatan sipil independen dan ada yang menyatakan tidak bersikap terhadap proses demokrasi yang dilangsungkan.
Ini wajar mengingat sebagai lembaga politik membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk mengongkosi aktivitas dan kampanye politik mereka. Untuk kepentingan itu, mereka mengusahakan bisnis dan mendirikan banyak perusahaan. Bahkan menarik para pemuda-pemudi, pengusaha dan asosiasi pengusaha untuk menjadi anggota atau duduk dibawah payung politiknya. Ini semata-mata guna membiayai kegiatan-kegiatan dan kesejahteraan organisasi onderbouwnya. Ada baiknya perusahaan yang langsung berafilasi dengan individu dan kelembagaan , maupun perusahaan yang bernaung dibawah koneksitas parpol dan pemerintah, bermain untuk memenangkan tender proyek-proyek pemerintah sebagai kue utamanya. Serumit-rumitnya dan kakunya birokrasi sedemikian rupa, ujungnya menguntungkan perusahaan yang berada dibawah pengaruh koneksitas parpol dan pemerintah. Sedangkan yang tidak termasuk dalam koneksitas tersebut tetap akan menjalankan roda perusahaanya secara independen diluar proyek pemerintahan (swasta). Dan yang belum memiliki akses usaha para pemuda tersebut berhimpun dalam kelompok-kelompok social dan cultural. Para pemuda tersebut juga membangun jejaring dan mengkreasi organisasinya agar tetap eksis sebagai wadah kepeloporan pemuda di wilayah Jatim.
Seiring perkembangan jaman dengan pandangan yang kian maju, muncul de-regulasi dan debirokratisasi ini umumnya hanya menguntungkan perusahaan-perusahaan yang memiliki manajemen profesional, perusahaan yang tidak menggantungkan kepada sektor negara dan sebaliknya berorentasi kepada pasar internasional. Jelaslah pihak yang dapat menikmati keuntungan adalah perusahaan-perusahaan generasi muda yang inovatif. Generasi muda kini sudah menumbuhkan pula basis penguasaan pasar yang baru seperti di bidang spiritual, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan daya cipta teknologi yang mengikuti perkembangan global. Basis-basis baru ini merupakan tuntutan masyarakat modern, sehingga mereka dituntut disiplin untuk makin profesional inovatif. Nah, disiplin ini yang sulit dikerjakan oleh generasi yang konservatif sehingga memerlukan penyegaran-penyegaran konsepsi kedepan.
ANAK MUDA DAN MASALAHNYA
Akibat krisis ekonomi tersebut tidak hanya dirasakan oleh mereka yang tinggal kota – kota tetapi juga mewabah di hampir semua sendi masyarakat, termasuk masyarakat yang tinggal dipedesaan di Jawa Timur. Sementara disisi lain , desa banyak menyimpan kekayaan luar biasa, dan apabila ditangani dengan serius dan profesional dapat menjadi lahan pemasukan yang tidak sedikit. Kehidupan masyarakat yang tinggal dipedesaan masih didominasi oleh sector pertanian (pangan maupun holtikultura), perkebunan dan perikanan.Namun sektor ini justru minim sekali keterlibatan kaum muda sebagai penerus berlanjutnya proses menuju pengembangan industrinya. Mungkin karena minimnya akses informasi pemuda desa banyak yang mengalami kebuntuan dalam usahanya.Dan kota menjadi pilihan tujuan mencari pekerjaan atau pelarian dari ketidakmampuannya menghadapi kenyataan hidup.
Kondisi tersebut juga terjadi dikota-kota di Jawa Timur, banyak pemuda menganggur tanpa ada kesempatan mencari kerja. Ada beberapa langkah instan yang dapat dilakukan pemuda untuk menjawab permasalahannya yaitu mengadu nasib ke kota-kota besar. Tanpa perbelakan ketrampilan yang memadai sehingga sampai di kota justru tantangan bertahan hidup sehari-harilah yang menjadi masalah mereka selanjutnya. Jika para pemuda dari desa tesebut mampu bertahan di kota-kota besar di Jatim, mereka lebih banyak berada disektor informal, jasa angkutan dan industry manufacture . tapi jika mereka tidak berhasil mendapatkan pekerjaan, maka akan menghadapi masalah. Dan masalah di kota ternyata lebih kompleks dan sangat bervariasi akibat yang ditimbulkannya. Ekses percepatan perkembangan kota, mulai dari sisi kenakalan remaja, kekerasan remaja, tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, dekadensi moralitas remaja, sampai dengan kejahatan pemuda.
Kondisi kekinian pemuda dan masalahnya justru mengalami masa-masa sulit, karena respon masyarakat, aparat keamanan dan pemerintah masih menganggap minor terhadap permasalahan kepemudaan ini. Adapun kegiatan yang dianggap positif pun kadangkala tidak cukup mendapatkan perhatian. Baik dalam kegiatan sport, minat bakat, ilmu pengetahuan dan kreatifitas pemuda yang berhasil dan berprestasi mengalami kurangnya dukungan dari pihak-pihak yang berkompeten. Ajang-ajang kreatifitas pemuda lebih popular justru mengandalkan partisipasi lembaga diluar pemerintahan, NGO maupun swasta tapi itupun sekarang semakin terbatas.
INISIASI FAM JATIM
Kondisi perekonomian dunia yang semakin lama semakin tidak cukup mengalami percepatan dalam perbaikan akibatnya Indonesia terkena dampak krisis global juga. Industry di Jawa Timur sebagai propinsi di bagian timur Jawa dan sebagai sentra industry merasakan juga akibatnya. Sehingga berakibat juga pada partisipasinya dalam usaha menggerakan dinamika garirah kepemudaan di Jawa Timur. Dalam rangka penanganan dampak dari krisis ekonomi global, maka penguatan pemberdayaan masyarakat yang terbentuk dalam komunitas-komunitas anak muda, kmunitas professional muda, kelompok seniman muda ataupun kelompok lainnya tumbuh sebagai upaya menggalang semangat melanjutkan proses re generasi. Pemuda adalah tumpuan harapan bangsa kedepan sangat penting untuk dipersiapkan kecakapannya dan kapasitasnya untuk menghadapi tantangan jaman kedepan.
Wadah persiapan slag orde pemuda di Jawa Timur nampaknya semakin menjadi kebutuhan bersama antar elemen masyarakat, baik itu jalur pengusaha, seniman, karir social politik, relawan social, keilmuwan maupun industry agraris untuk merintis pengupayaanya. Wadah ini semacam Forum Anak Muda Jatim , yang mempunyai pandangan untuk memperkuat dukungan pada program-program reguler penanganan pendampingan pemuda dalam menumbuhkan inovasi kreatitifitas, produktifitas dalam pengembangan berwirausaha agar mengurangi pegangguran dan penciptaan lapangan kerja dengan pendekatan penguatan ekonomi di wilayah perdesaan dan perkotaan serta penanganan masalah sosial agar dampak krisis global dapat dicegah penyebarannya mengingat implikasi krisis finansial global akan berdampak terhadap perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Timur pada khususnya dan situasi ini akan jauh lebih serius dibanding krisis ekonomi pada tahun 1998. Alasannya, pusat krisis terjadi pada negara tujuan eksport sehingga pasar produk eksport dipastikan terus melemah, konsekwensinya terjadi pemutusan hubungan kerja secara masal. Hal ini dapat dihindari kecuali bila ada tindakan-tindakan yang lebih optimal.
Forum Anak Muda Jatim nantinya juga sebagai sarana sharing teori maupun langkah konkrit dalam menumbuhkan inisiatif wirausaha kepada pemuda, inisiatif meningkatkan ketrampilan, minat bakat, kepemimpinan , daya cipta seni budaya dan teknologi.Pentingnya pemunculan inisyatif pemuda ini yang sering dilupakan, sehingga Forum Anak Muda Jatim inilah yang nantinya diharapkan sebagai lembaga yang mampu mensupport sepenuhnya inisyatif pemuda tentunya secara strategis akan didukung oleh pemerintah daerah propinsi Jatim beserta jajaranya. Ini penting sekali untuk menumbuhkan kepercayaan diri pemuda dalam menyusun akitifitasnya yang berkelanjutan.
Upaya pemberian keterampilan kepada pemuda telah banyak dilakukan oleh lembaga non pemerintah maupun pemerintah. Hal tersebut biasa diwujudkan dalam bentuk pelatihan managemen dan bantuan modal usaha, serta pendampingan. Namun upaya untuk menumbuhkan inisiatif berwirausaha jarang dijadikan program oleh pemerintah. Salah satu hambatan yang ditemui yaitu sulitnya memasuki pikiran pemuda karena mereka lebih tertarik dengan permainan santai dari pada kelas belajar yang tegang serius. Hal ini sebetulnya bisa ditangani dengan mengemas ajang atau acara populer yang disesuaikan dengan kondisi pemuda masa kini.
Secara umum pembentukan suatu wadah Forum Anak Muda Jatim tersebut diharapkan dapat menumbuhkan jiwa kepemimpinan dalam membangun jejaring pemuda-pemudi dalam kewilayahan kabupaten kota di Jawa Timur. Secara khusus Forum Anak Muda Jatim berinisyatif membentuk wadah untuk membangun gerakan perbaikan lingkungan sosial ekonomi pemuda yang lebih baik di desa atau kelurahan melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan daya beli masyarakat, dan penanganan masalah sosial pemuda. Menguatkan motivasi dan semangat wirausaha di perkotaan dan dipedesaan. pengembangan berwirausaha mikro sehingga berperan mengurangi angka pengangguran
GAGASAN AKTIVITAS FAM JATIM
Pekan Promosi Cipta Anak Muda,
Sarasehan Manajemen Industri Kreatif ,
Seminar Perencanaan Keluarga Sejahtera,
Workshop Tata Kelola Lingkungan Berkelanjutan,
Seminar Kepemimpinan Kaum Muda di Era Global,
Workshop Seni Budaya Anak Muda Jatim,
Liga Anak Muda Jatim,
Temu Regional Anak Muda Jatim,
JALAN JALAN RAJA HAYAM WURUK
NAPAK TILAS PERJALANAN HAYAM WURUK
SEBUAH PENGGALIAN ASET BUDAYA JAWA TIMUR
Tidak dapat disangkal bahwa kakawin adalah sumber tertulis ,yang sangat penting bagi pengetahuan kita tentang seiarah pulau Jawa pada abad ke-l4. Kakawin NEGARAKRTAGAMA tersebut, yang selesai ditulis oleh Mpu Prapanca. Mpu Prapanca sebagai sosok penulis pada jaman dulu yang sangat menjiwai peranya, yaitu sebagai jurnalis yang tidak “istana sentris” karena beliau selain menggambarkan kondisi Raja Hayam Wuruk, Mahapatih Gajahmada juga menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat sekitar perjalanan raja.
Selama lebih dari tiga perempat abad penelitian terhadap Kakawin
NEGARAKRTAMA berdasarkan satu naskah saja yaitu naskah yang diselamatkan dari reruntuhan Puri Cakranagara di Lombok pada tahun 1894.Tetapi secara tidak terduga pada sekitar akhir tahun 1970an puluhan beberapa contoh naskah lontar lyang serupa ditemukan didaerah Klungkung dan Karang Asem Bali sehingga mendorong para peneliti untuk membandingkan dengan naskah yang terdahulu.
Penelitian terhadap kakawin Negarakrtagama mula-mula dilakukan oleh seorang sarjana belanda yaitu Dr. JLA Brandes. Berdasarkan transkripsi tersebut kemudlan H. Kern secara bertahap menyediakan terjemahan dalam bahasa belanda yang diterbitkannya pada tahun 1919, dilengkapi dengan catatan oleh N.J. Krom. Dari jejak Kern kemudian diikuti oleh beberapa sarjana lain dengan membuat beberapa terjemahan terhadap kakawin antara lain seperti Poerbaijaraka C.C.Berg, F.D.K. Bosch serta A teeuw dan Uhlen Beck . Selain itu Slamet Mulyana yang menterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada tahun 1953. Akhirnya naskah tersebut di teliti ulang oleh Th.Pigeaud secara lebih mendalam dan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris. Studi yang monumental tersebut berjudul Java in the l4th century, diterbitkan pada tahun 1960 -1963. Pada tahun 1995 S.O Robson muncul terjemahan dengan gaya bahasanya , yaitu “Desawarnana” yang diterbitkan oleh KITLV di Leiden. Terbittan ini bisa dikatakan naskah terjemahan yang paling sempurna.Mungkin karena Robson mengabaikan kualitas satra, dia hanya mengutamakan makna yang tepat agar nantinya berguna sebagai pegangan para sastrawan, agama, peneliti purbakala maupun sejarawan di kemudian hari. Dia mengarahkan untuk melihat isi pokok pandangan Prapanca mengenai gambaran kondisi desa-desa di wilayah kekuasaan Majapahit pada abad 14 tersebut.
Gagasan untuk mempromosikan napak tilas Raja Hayam wuruk sudah dilontarkan sejak Soelarso menjadi Gubernur Jatim pada tahun 1992. Buku dengan judul “The king’s Trail” merupakan gagasan yang sebenarnya patut untuk didukung dan dikonktritkan sebagai guideline sejarah dan aset budaya di Jatim.Dalam naskah Desawarnana pupuh 17-60 terdapat penggambaran perjalanan Raja yag menempuh jarak 600 km dengan 175 tempat atau desa yang disinggung oleh Prapanca dan 50 nama tempat.
Tidak puas dengan studi pendahulunya maka Nigel , mengadakan penelusuran dengan kemampuannya menerjemahkan naskah dipadu empirik lapangan. Dia melakukannya selama tiga tahun di lapangan berhasil memperoleh sejumlah data yang cukup memuaskan walaupun harus diakui bahwa masih terdapat banyak tempat yang memerlukan penelitian iebih lanjut. Napaktilas Nigel merupakan langkah awal terbukanya informasi teraktual. Sehingga mendorong kami para pemuda Jawa Timur terutama tim Jember Heritaged untuk terjun dan mencari jejak sejarah peninggalan Jejak perjalanan Raja Hayam Wuruk pada abad 14 yang makin lama makin kabur. Semoga bahan yang kami kumpulkan dari lapangan , baik berupa foto maupun data wawancara dari berbagai sumber akan dapat menjadi landasan bagi suatu terbitan yang menarik. Harapan kami informasi ini nantinya membantu proses pembangunan di daerah JawaTimur, khususnya di sektor budaya dan pariwisata.
Beberapa nama yang disebut dalam naskah Negarakrtagama atau Desawarnana adalah Napak tilas Raja Hayam Wuruk abad 14 yang berada di wilayah jember dan sekitarnya antara lain :
Prapanca menceritakan bahwa sadeng dan Keta ditaklukkan pada tahun 1253 tahun saka (1331 M) waktu itu seluruh bumi nusantara dibawah perlindungan mahapatih gajahmada . Digambarkan mahapatih ini terkenal bijaksana, kemudian pada 1364 M jatuh sakit danmneinggal dunia.(nag 70:3) Perjalan yang diceritakan sebagai berikut “ pagi-pagi sekali berangkat menuju Sadeng melalui Kunir (kuniur adalah nama desa di Lumajang sebelah timur yang berbatasan dengan Jember) dan Basini, menginap beberapa malam menikmati keindahan alam di sekitar sarampwan. Dari sadeng raja haym wuruk menuju kutha bacok yang tereletak dipinggir pantai melihat karang yang terkena ombak dan terpencar seperti hujan. (nag 22: 4-5). Setelah bermalam di muara sungai bondoyudo (rabut lawang) rombongan Raja lurus ketimur menyeberangi sunagi Besini disekitar Gumukmas (ada peninggalan candi gumukmas/ candi boto) diteruskan ke Puger. Diceritakan tentang gunung watangan sebelh timur desa Puger, bahwa terdapat nama sarampwan disekitar gunung tersebut. Sekitar Kucur 2km sebelah barat gunung watangan terdapat makam “mbah srampon” (menurut sumber nelayan mbah sirat/ penjaga makam). Mbah sirat menjelaskan makam ini lebih dikenal dengan nama makam Mbah tanjung. Menuju timur lagi terdapat nama kuta bacok (watu ulo) dengan formasi gunung karangnya, dulu dikenal orang salah satu puncaknya adalah gunung bacok.
Perjalanan dari kuta bacok menuju patukangan, mengenai perjalanan Raja dari kuta Bacok (watu ulo) sampai dengan Patukangan (situbondo) memang beberapa daerah sudah tidak bisa teridentifikasi dari penceritaan Prapanca. Mugkin karena daerah-daerah yang ditulis Prapanca kini sudah berganti nama (gelombang migrasi orang madura). Beberapa nama yang teridentifikasi diroadmap adalah dari Balung , Renes (Wirowongso Ajung) , pakusari (dulu pakis haji), mayang (menyusuri kali Mayang) menuju Kalisat sukowono dan Tamanan . Selepas dari sana, kemudian menuju Pakambangan atau Gambang desa Tlogosari Bondowoso. Prajekan bondowoso dan menuju ke panarukan atau patokengan (Patukangan).
Sementara beberapa nama desa yang lainya seperti Pakusari (pakis haji), pakembangan( pakambangan), tangsil (tamangsil), jurang dalem nama-nama ini seperti yang terdapat dalam naskah Negarakrtagama tetapi masih belum memberikan kepastian. Patukangan dapat diidenfikasikan dengan Desa Patokengan, Desa peleyan Kec. Panarukan kabupaten Situbondo. Disana terdapat tanah lapang dengan sebutan kota bedah, ditemukan pecahan keramik. Orang disana mengenalnya peninggalan Adipoday (masyarakat setempat menyatakan raja ini bersasal dari Pulau Sepudi madura) ayah Joko Tole (menurut madura) sedang menutur orang jawa daerah ini terdapat kepala minak jinggo. Disana juga terdapat batu besar yang konon kabarnya dipakai sebagai tambatan perahu ( kini letaknya jauh dari pantai). Konon sungai sampayan dulu terkenal begitu besarnya hingga kapal bisa sandar dekat dengan kota Panarukan Situbondo (sejarah PT jakarta Loyd melakukan pengiriman tembakau dari dermaga Panarukan). Tetapi sementara kita akan mengamati nama-nama desa yang ada di sekitar jember dulu sebagai permulaan. Untuk memulai mengamati kembali nama desa-desa dalam kakawin tersebut, kita akan mencoba menelaah nama-mana itu dari daerah Jember dan sekitarnya. Nama-nama tersebut terdapat dalamnya antara lain;
Nama desa sekitar jember dalam pupuh dan perkiraan kondisi sekarang
1. Wedhi guntur 22:2 Pantai blok kelor cakru kec.kencong jember
2. Bajraka Angsa(bawahan). Biara taladhwaja, pantai (bujangga manik )
3. palumbwan 22:3 hutan Sektar desa cakru kencong jember
4. Rabut lawang Muara bondoyudoMayangan/ gumukmas/ cakru
5. Balater Gumukmas
6. Kunir 22:4 Kunir Perbatasan jember lumajang
7. Basini Desa/ sungai Ds besini puger kulon atau kali besini gumukmas
8. Sadeng Desa Sadengan grenden puger
9. Sarampwan Desa Sarampon sempat dilalui bujangga manik/masih ada makam mbah srampon Kucur gunung watangan, desa puger wetan puger
10. Kutha bacok Desa/pantai Antai wana wisata watu ulo atau desa sumberrejo Ambulu Jember
11. Balung 22:5 Balung Balung kec Balung jember
12. Habet Jenggawah
13. Tumbu ?
14. Galagah ? glagah wero panti ?
15. Tanpahing ?
16. Renes Wirowongso ajung jember
17. jayakerta Kertonegoro Ambulu
18. Wana griya 23:1 Wonojati jenggawah
19. Doni ?
20. Bentong ? lengkong mumbulsari?
21. Puruhan ?
22. Bacek ?
23. Pakis haji Pakusari timur kota jember
24. Padangan ?
25. Secang Desa Pocangan sukowono
26. Jati gumlar ? candi jati jelbuk atau jatian arjasa ?
27. Sila bango Desa ? ? klabang bondowoso
28. Dewarame ?
29. Dukun ?
30. Pakambangan 23:2 Pujer jember/bondowoso
31. Daya Lembah kali sampeyan
32. Jurang dalem Desa/jurang Ds jurang dalem patemon
33. Tamangsil Desa Tamanan/ Tangsil kulon/wetan bondowoso
Sementara dari data ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan awal untuk memulai penjelajahan baik pencarian data primer lapangan maupun pengumpulan data sekunder yang diharapkan dapat membuat terang jelasnya informasi jejak perjalanan raja Hayam Wuruk di Jember. Arahan yang memungkinkan yaitu forum lingkar studi lintas ilmu atau forum group discussed (FGD) dari beberapa aktifis budaya yang secara rutin membicarakannya berantai mengakitkan penemuan demi penemuan. Sehingga diharapkan akan muncul satu tulisan mengenai jejak perjalanan yang dimaksud oleh Mpu Prapanca mendekati informasi yang sebenarnya. Hasilnya diharapkan akan mampu memberikan awalan cultural image Jember character building atau penggambaran budaya Jember dalam membangun karakternya.
SEBUAH PENGGALIAN ASET BUDAYA JAWA TIMUR
Tidak dapat disangkal bahwa kakawin adalah sumber tertulis ,yang sangat penting bagi pengetahuan kita tentang seiarah pulau Jawa pada abad ke-l4. Kakawin NEGARAKRTAGAMA tersebut, yang selesai ditulis oleh Mpu Prapanca. Mpu Prapanca sebagai sosok penulis pada jaman dulu yang sangat menjiwai peranya, yaitu sebagai jurnalis yang tidak “istana sentris” karena beliau selain menggambarkan kondisi Raja Hayam Wuruk, Mahapatih Gajahmada juga menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat sekitar perjalanan raja.
Selama lebih dari tiga perempat abad penelitian terhadap Kakawin
NEGARAKRTAMA berdasarkan satu naskah saja yaitu naskah yang diselamatkan dari reruntuhan Puri Cakranagara di Lombok pada tahun 1894.Tetapi secara tidak terduga pada sekitar akhir tahun 1970an puluhan beberapa contoh naskah lontar lyang serupa ditemukan didaerah Klungkung dan Karang Asem Bali sehingga mendorong para peneliti untuk membandingkan dengan naskah yang terdahulu.
Penelitian terhadap kakawin Negarakrtagama mula-mula dilakukan oleh seorang sarjana belanda yaitu Dr. JLA Brandes. Berdasarkan transkripsi tersebut kemudlan H. Kern secara bertahap menyediakan terjemahan dalam bahasa belanda yang diterbitkannya pada tahun 1919, dilengkapi dengan catatan oleh N.J. Krom. Dari jejak Kern kemudian diikuti oleh beberapa sarjana lain dengan membuat beberapa terjemahan terhadap kakawin antara lain seperti Poerbaijaraka C.C.Berg, F.D.K. Bosch serta A teeuw dan Uhlen Beck . Selain itu Slamet Mulyana yang menterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada tahun 1953. Akhirnya naskah tersebut di teliti ulang oleh Th.Pigeaud secara lebih mendalam dan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris. Studi yang monumental tersebut berjudul Java in the l4th century, diterbitkan pada tahun 1960 -1963. Pada tahun 1995 S.O Robson muncul terjemahan dengan gaya bahasanya , yaitu “Desawarnana” yang diterbitkan oleh KITLV di Leiden. Terbittan ini bisa dikatakan naskah terjemahan yang paling sempurna.Mungkin karena Robson mengabaikan kualitas satra, dia hanya mengutamakan makna yang tepat agar nantinya berguna sebagai pegangan para sastrawan, agama, peneliti purbakala maupun sejarawan di kemudian hari. Dia mengarahkan untuk melihat isi pokok pandangan Prapanca mengenai gambaran kondisi desa-desa di wilayah kekuasaan Majapahit pada abad 14 tersebut.
Gagasan untuk mempromosikan napak tilas Raja Hayam wuruk sudah dilontarkan sejak Soelarso menjadi Gubernur Jatim pada tahun 1992. Buku dengan judul “The king’s Trail” merupakan gagasan yang sebenarnya patut untuk didukung dan dikonktritkan sebagai guideline sejarah dan aset budaya di Jatim.Dalam naskah Desawarnana pupuh 17-60 terdapat penggambaran perjalanan Raja yag menempuh jarak 600 km dengan 175 tempat atau desa yang disinggung oleh Prapanca dan 50 nama tempat.
Tidak puas dengan studi pendahulunya maka Nigel , mengadakan penelusuran dengan kemampuannya menerjemahkan naskah dipadu empirik lapangan. Dia melakukannya selama tiga tahun di lapangan berhasil memperoleh sejumlah data yang cukup memuaskan walaupun harus diakui bahwa masih terdapat banyak tempat yang memerlukan penelitian iebih lanjut. Napaktilas Nigel merupakan langkah awal terbukanya informasi teraktual. Sehingga mendorong kami para pemuda Jawa Timur terutama tim Jember Heritaged untuk terjun dan mencari jejak sejarah peninggalan Jejak perjalanan Raja Hayam Wuruk pada abad 14 yang makin lama makin kabur. Semoga bahan yang kami kumpulkan dari lapangan , baik berupa foto maupun data wawancara dari berbagai sumber akan dapat menjadi landasan bagi suatu terbitan yang menarik. Harapan kami informasi ini nantinya membantu proses pembangunan di daerah JawaTimur, khususnya di sektor budaya dan pariwisata.
Beberapa nama yang disebut dalam naskah Negarakrtagama atau Desawarnana adalah Napak tilas Raja Hayam Wuruk abad 14 yang berada di wilayah jember dan sekitarnya antara lain :
Prapanca menceritakan bahwa sadeng dan Keta ditaklukkan pada tahun 1253 tahun saka (1331 M) waktu itu seluruh bumi nusantara dibawah perlindungan mahapatih gajahmada . Digambarkan mahapatih ini terkenal bijaksana, kemudian pada 1364 M jatuh sakit danmneinggal dunia.(nag 70:3) Perjalan yang diceritakan sebagai berikut “ pagi-pagi sekali berangkat menuju Sadeng melalui Kunir (kuniur adalah nama desa di Lumajang sebelah timur yang berbatasan dengan Jember) dan Basini, menginap beberapa malam menikmati keindahan alam di sekitar sarampwan. Dari sadeng raja haym wuruk menuju kutha bacok yang tereletak dipinggir pantai melihat karang yang terkena ombak dan terpencar seperti hujan. (nag 22: 4-5). Setelah bermalam di muara sungai bondoyudo (rabut lawang) rombongan Raja lurus ketimur menyeberangi sunagi Besini disekitar Gumukmas (ada peninggalan candi gumukmas/ candi boto) diteruskan ke Puger. Diceritakan tentang gunung watangan sebelh timur desa Puger, bahwa terdapat nama sarampwan disekitar gunung tersebut. Sekitar Kucur 2km sebelah barat gunung watangan terdapat makam “mbah srampon” (menurut sumber nelayan mbah sirat/ penjaga makam). Mbah sirat menjelaskan makam ini lebih dikenal dengan nama makam Mbah tanjung. Menuju timur lagi terdapat nama kuta bacok (watu ulo) dengan formasi gunung karangnya, dulu dikenal orang salah satu puncaknya adalah gunung bacok.
Perjalanan dari kuta bacok menuju patukangan, mengenai perjalanan Raja dari kuta Bacok (watu ulo) sampai dengan Patukangan (situbondo) memang beberapa daerah sudah tidak bisa teridentifikasi dari penceritaan Prapanca. Mugkin karena daerah-daerah yang ditulis Prapanca kini sudah berganti nama (gelombang migrasi orang madura). Beberapa nama yang teridentifikasi diroadmap adalah dari Balung , Renes (Wirowongso Ajung) , pakusari (dulu pakis haji), mayang (menyusuri kali Mayang) menuju Kalisat sukowono dan Tamanan . Selepas dari sana, kemudian menuju Pakambangan atau Gambang desa Tlogosari Bondowoso. Prajekan bondowoso dan menuju ke panarukan atau patokengan (Patukangan).
Sementara beberapa nama desa yang lainya seperti Pakusari (pakis haji), pakembangan( pakambangan), tangsil (tamangsil), jurang dalem nama-nama ini seperti yang terdapat dalam naskah Negarakrtagama tetapi masih belum memberikan kepastian. Patukangan dapat diidenfikasikan dengan Desa Patokengan, Desa peleyan Kec. Panarukan kabupaten Situbondo. Disana terdapat tanah lapang dengan sebutan kota bedah, ditemukan pecahan keramik. Orang disana mengenalnya peninggalan Adipoday (masyarakat setempat menyatakan raja ini bersasal dari Pulau Sepudi madura) ayah Joko Tole (menurut madura) sedang menutur orang jawa daerah ini terdapat kepala minak jinggo. Disana juga terdapat batu besar yang konon kabarnya dipakai sebagai tambatan perahu ( kini letaknya jauh dari pantai). Konon sungai sampayan dulu terkenal begitu besarnya hingga kapal bisa sandar dekat dengan kota Panarukan Situbondo (sejarah PT jakarta Loyd melakukan pengiriman tembakau dari dermaga Panarukan). Tetapi sementara kita akan mengamati nama-nama desa yang ada di sekitar jember dulu sebagai permulaan. Untuk memulai mengamati kembali nama desa-desa dalam kakawin tersebut, kita akan mencoba menelaah nama-mana itu dari daerah Jember dan sekitarnya. Nama-nama tersebut terdapat dalamnya antara lain;
Nama desa sekitar jember dalam pupuh dan perkiraan kondisi sekarang
1. Wedhi guntur 22:2 Pantai blok kelor cakru kec.kencong jember
2. Bajraka Angsa(bawahan). Biara taladhwaja, pantai (bujangga manik )
3. palumbwan 22:3 hutan Sektar desa cakru kencong jember
4. Rabut lawang Muara bondoyudoMayangan/ gumukmas/ cakru
5. Balater Gumukmas
6. Kunir 22:4 Kunir Perbatasan jember lumajang
7. Basini Desa/ sungai Ds besini puger kulon atau kali besini gumukmas
8. Sadeng Desa Sadengan grenden puger
9. Sarampwan Desa Sarampon sempat dilalui bujangga manik/masih ada makam mbah srampon Kucur gunung watangan, desa puger wetan puger
10. Kutha bacok Desa/pantai Antai wana wisata watu ulo atau desa sumberrejo Ambulu Jember
11. Balung 22:5 Balung Balung kec Balung jember
12. Habet Jenggawah
13. Tumbu ?
14. Galagah ? glagah wero panti ?
15. Tanpahing ?
16. Renes Wirowongso ajung jember
17. jayakerta Kertonegoro Ambulu
18. Wana griya 23:1 Wonojati jenggawah
19. Doni ?
20. Bentong ? lengkong mumbulsari?
21. Puruhan ?
22. Bacek ?
23. Pakis haji Pakusari timur kota jember
24. Padangan ?
25. Secang Desa Pocangan sukowono
26. Jati gumlar ? candi jati jelbuk atau jatian arjasa ?
27. Sila bango Desa ? ? klabang bondowoso
28. Dewarame ?
29. Dukun ?
30. Pakambangan 23:2 Pujer jember/bondowoso
31. Daya Lembah kali sampeyan
32. Jurang dalem Desa/jurang Ds jurang dalem patemon
33. Tamangsil Desa Tamanan/ Tangsil kulon/wetan bondowoso
Sementara dari data ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan awal untuk memulai penjelajahan baik pencarian data primer lapangan maupun pengumpulan data sekunder yang diharapkan dapat membuat terang jelasnya informasi jejak perjalanan raja Hayam Wuruk di Jember. Arahan yang memungkinkan yaitu forum lingkar studi lintas ilmu atau forum group discussed (FGD) dari beberapa aktifis budaya yang secara rutin membicarakannya berantai mengakitkan penemuan demi penemuan. Sehingga diharapkan akan muncul satu tulisan mengenai jejak perjalanan yang dimaksud oleh Mpu Prapanca mendekati informasi yang sebenarnya. Hasilnya diharapkan akan mampu memberikan awalan cultural image Jember character building atau penggambaran budaya Jember dalam membangun karakternya.
ibuku
idiom yan dekat dengan ibuku, bisa emakku, my mother, inangku, mamaku, mamiku, embokku, mimiku, mbokku, makku atau apapun sebutan yang bisa mendekatkan darah ibu mengalir dalam diri anaknya. Faktor Genetika, insting dan naluri ataupun rasional empirik anak berasal dari rahimnya. Anak ibu berasal dari rahim ibu, anak bangsa berasal dari ibu perjuangan bangsa. Banyak perempuan perempuan perkasa yang telah melahirkan ide-ide gagasan perjuangan hidup bangsa ini, tetapi nasih kurang sekali dalam melahirkan generasi penerus perjuangan kehidupan bangsa sebagai slag orde. Ide gagasan tersebut nampaknya hanya sebagai anak yang lahir atas hubungan dengan atau tanpa kasih sayang sama sekali (sangat politis). Kering akan hati nurani.
Adalah clara Zetkin dengan adalah seorang politisi sosialis yang berpengaruh dan pejuang untuk hak-hak perempuan. Sampai dengan tahun 1917 aktif di Partai Sosial Demokrat Jerman kemudian ia bergabung dengan Partai Demokrat Sosial Independen dari Jerman (USPD)berideologi sangat kiri merupakan anggota faksi Liga Spartakus yang kemudian menjadi Partai Komunis Jerman (KPD), 1920 sampai dengan tahun 1933. meninggal diusia 75 tahun.bangsanya mungkin kini sudah mulai bisa merasakan hasil perjuangannya.
Adalah Kartini, Cut Nya Din, Dewi Sartika, yang merenda perjuangan perempuan dikancah revolusi melawan penjajahan Belanda di Indonesia, mungkin kini bangsa Indonesia sudah merasakan hasil dari para pejuang perempuan dan sebagai ibu-ibu bagi anak negeri. Maka kenang-kenaglah aku...niscaya anak generasiku akan tetap menghargai nilai juangmu.
Adalah clara Zetkin dengan adalah seorang politisi sosialis yang berpengaruh dan pejuang untuk hak-hak perempuan. Sampai dengan tahun 1917 aktif di Partai Sosial Demokrat Jerman kemudian ia bergabung dengan Partai Demokrat Sosial Independen dari Jerman (USPD)berideologi sangat kiri merupakan anggota faksi Liga Spartakus yang kemudian menjadi Partai Komunis Jerman (KPD), 1920 sampai dengan tahun 1933. meninggal diusia 75 tahun.bangsanya mungkin kini sudah mulai bisa merasakan hasil perjuangannya.
Adalah Kartini, Cut Nya Din, Dewi Sartika, yang merenda perjuangan perempuan dikancah revolusi melawan penjajahan Belanda di Indonesia, mungkin kini bangsa Indonesia sudah merasakan hasil dari para pejuang perempuan dan sebagai ibu-ibu bagi anak negeri. Maka kenang-kenaglah aku...niscaya anak generasiku akan tetap menghargai nilai juangmu.
Selasa, 16 November 2010
INSPIRASI ENLAI
ENLAI spirit
Zhou Enlai (1949 dan 1958 menjabat menlu Tiongkok).
Zhou Enlai adalah Negarawan, dia ahli revolusi, ahli strategi militer dan ahli urusan luar negeri , salah seorang pemimpin Republik Rakyat Tiongkok, serta salah seorang pendiri Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok. Keluarga Zhou Enlai berasal dari kota Shaoxing, Propinsi Zhejiang . Ia dilahirkan di Huai'an, Propinsi Jiangsu pada tanggal 5 Maret 1898, dan wafat di Beijing pada Januari tahun 1976.(awal Suharto berkuasa di Indonesia). Zhou Enlai menghadiri Pertemuan Jenewa pada tahun 1954 yang telah menyelesaikan masalah Indocina sehingga kemerdekaan Vietnam ( kecuali bagian selatannya), Laos dan Kamboja memperoleh pengakuan internasional. Zhou Enlai mewakili Tiongkok memprakarsai prinsip hidup berdampingan secara damai yang merupakan patokan hubungan antar negara. Di depan Konferensi Bandung di Indonesia yang dihadiri 29 negara Asia dan Afrika pada tahun 1955, Zhou Enlai mengusulkan prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai, menentang kolonialisme, dan menganjurkan pencarian persamaan dengan mengbiarkan adanya perbedaan, dan mencapai kebulatan melalui musyawarah. Zhou Enlai membangun persahabatan antara rakyat Tiongkok dan rakyat sedunia.ini akan menjadi spirit generasi sekarang bahwa Indonesia dijaman dulu saling bertautan dengan pemimpin-pemimpin besar negara di dunia ini. Takdir kita sebagai bangsa besar memang tidak cukup di amini sahaja tetapi penting utuk didorong sepenuhnya sehingga mampu sejajar lagi dengan negara-negara besar lainnya.
Jumat, 12 November 2010
KUPERASI KOPERASI RAKYAT
* iw ende kusuma
Sebagai salahsatu sistem perekonomian yang sudah tidak asing di telinga bangsa ini yaitu koperasi. Koperasi berkedudukan politik kuat, ditopang oleh Pasal 33 UUD 1945 bahwa "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan", jadi bentuk usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan koperasi Didunia ini ada dua macam model koperasi. Pertama, adalah koperasi kerangka sistem sosialis yang dibina oleh pemerintah . Kedua, adalah koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar oleh masyarakat sendiri, tanpa campurtangan pemerintah. Apakah koperasi Indonesia menjadi counterpart sector negara? Mungkin saja dalam skala tertentu berfungsi, karena bergerak social sector , merupakan wadah dari usaha individu dan usaha rumah tangga. Tapi mungkin kurang optimum, tergeser oleh firma atau perseroan swasta liberal.
Jika badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar pemenuhan rakyat banyak dan industri strategis, maka koperasi dibentuk untuk mewadahi usaha-usaha kecil sektoral, walaupun jika telah bergabung dalam koperasi menjadi badan usaha skala besar juga (Indonesia masih belum serius mengoptimalkan kapasitas koperasi). Di negara-negara kapitalis, baik di Eropa Barat, Amerika Utara, dan Australia, koperasi menjadi wadah usaha kecil dan konsumen berpendapatan rendah, negara Jepang, koperasi menjadi perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian. Di pedesaan Jepang, koperasi menggantikan peranan bank atau menjadi semacam "bank rakyat", yaitu koperasi yang beroperasi dengan sistem perbankan.
Koperasi sebagai gerakan sosial sektoral bisa semakin optimal bila negara mendorong rakyat berpendapatan rendah (sektoral) untuk membentuk tiga macam koperasi. Pertama, adalah koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan buruh industri, kaum buruh tani atau perkebunan dan pegawai rendahan. Kedua, adalah koperasi produksi yang merupakan wadah kaum tani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga, adalah koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal. Pendiri negeri ini pernah menganjurkan pengorganisasian antara industri kecil dan koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil.Sehingga usaha menggaransi proses produksinya akan terus berkelanjutan bahkan semakin besar jaringannya.
Meskipun tujuan koperasi bukan mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, tidak berarti, bahwa koperasi identik dengan usaha skala kecil melulu (kerdil). Dalam kenyataanya koperasi di Indonesia justru menjadi kegiatan yang “abal-abal” saja tidak ada keseriusan pengembangbiakannya, justru program tadi hanya untuk “pemerahan” koperasi hanya sebagai alat legitimasi program pengentasan “pura-pura” kemiskinan. Koperasi dibentuk dengan bantuan anggaran negara, tetapi masih dalam slogan ekonomi kerakyatan, bukan pada langkah konkrit rakyat sebagai pelaku ekonomi.
Koperasi seperti anak tiri perekonomian Indonesia, tidak ada sikap optimis dalam memandang penguatan pilar ekonomi rakyat. Akses kredit diturunkan kepada rakyat miskin, tetapi dengan azas dan tujuan peningkatan daya beli masyarakat. Bener daya beli meningkatan pasca pencairan akses kredit atau hibah sekalipun. Umunya bertahan 2-3 bulan, setelahnya miskin lagi bahkan lebih parah. Program pemerintah untuk peningkatan produksi, maka dibantulah kegiatan produksi masyarakat. Tetapi pasca panen produsen akan berhadapan dengan pasar liberal. Matilah produsen kita satu perstau dalam hitungan bulan. Pola konsumsi masyarakat digerakan untuk membeli produk-produk dalam negeri, ketika rakyat mulai mencoba mengkonsumsinya, justru pasar konsumsi diserang oleh kekuatan produksi asing yang sangat murah dan merajai pasar-pasar regional sampai lokal tanpa ada proteksi sedikitpun. Alhasil rakyat beralih lagi ke produk asing yang lebih murah (tanpa pajak dan proteksi).Mungkin sebaiknya jika kelak memilih pemimpin 2014, lebih baik yang memahami pilar koperasi konsumsi, produksi dan kredit untuk mewujudkan kemajuan perekonomian rakyat secara jujur , adil dan tegas.
• Aktivis seni pertunjukan, perupa karikatur , hidup sebagai petani gurem anggota koperasi SEKTI (Serikat Tani Independen ) Jember
Sebagai salahsatu sistem perekonomian yang sudah tidak asing di telinga bangsa ini yaitu koperasi. Koperasi berkedudukan politik kuat, ditopang oleh Pasal 33 UUD 1945 bahwa "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan", jadi bentuk usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan koperasi Didunia ini ada dua macam model koperasi. Pertama, adalah koperasi kerangka sistem sosialis yang dibina oleh pemerintah . Kedua, adalah koperasi yang dibiarkan berkembang di pasar oleh masyarakat sendiri, tanpa campurtangan pemerintah. Apakah koperasi Indonesia menjadi counterpart sector negara? Mungkin saja dalam skala tertentu berfungsi, karena bergerak social sector , merupakan wadah dari usaha individu dan usaha rumah tangga. Tapi mungkin kurang optimum, tergeser oleh firma atau perseroan swasta liberal.
Jika badan usaha milik negara merupakan usaha skala besar pemenuhan rakyat banyak dan industri strategis, maka koperasi dibentuk untuk mewadahi usaha-usaha kecil sektoral, walaupun jika telah bergabung dalam koperasi menjadi badan usaha skala besar juga (Indonesia masih belum serius mengoptimalkan kapasitas koperasi). Di negara-negara kapitalis, baik di Eropa Barat, Amerika Utara, dan Australia, koperasi menjadi wadah usaha kecil dan konsumen berpendapatan rendah, negara Jepang, koperasi menjadi perekonomian pedesaan yang berbasis pertanian. Di pedesaan Jepang, koperasi menggantikan peranan bank atau menjadi semacam "bank rakyat", yaitu koperasi yang beroperasi dengan sistem perbankan.
Koperasi sebagai gerakan sosial sektoral bisa semakin optimal bila negara mendorong rakyat berpendapatan rendah (sektoral) untuk membentuk tiga macam koperasi. Pertama, adalah koperasi konsumsi yang terutama melayani kebutuhan buruh industri, kaum buruh tani atau perkebunan dan pegawai rendahan. Kedua, adalah koperasi produksi yang merupakan wadah kaum tani (termasuk peternak atau nelayan). Ketiga, adalah koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal. Pendiri negeri ini pernah menganjurkan pengorganisasian antara industri kecil dan koperasi produksi, guna memenuhi kebutuhan bahan baku dan pemasaran hasil.Sehingga usaha menggaransi proses produksinya akan terus berkelanjutan bahkan semakin besar jaringannya.
Meskipun tujuan koperasi bukan mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani kebutuhan bersama dan partisipasi pelaku ekonomi skala kecil. Tapi, tidak berarti, bahwa koperasi identik dengan usaha skala kecil melulu (kerdil). Dalam kenyataanya koperasi di Indonesia justru menjadi kegiatan yang “abal-abal” saja tidak ada keseriusan pengembangbiakannya, justru program tadi hanya untuk “pemerahan” koperasi hanya sebagai alat legitimasi program pengentasan “pura-pura” kemiskinan. Koperasi dibentuk dengan bantuan anggaran negara, tetapi masih dalam slogan ekonomi kerakyatan, bukan pada langkah konkrit rakyat sebagai pelaku ekonomi.
Koperasi seperti anak tiri perekonomian Indonesia, tidak ada sikap optimis dalam memandang penguatan pilar ekonomi rakyat. Akses kredit diturunkan kepada rakyat miskin, tetapi dengan azas dan tujuan peningkatan daya beli masyarakat. Bener daya beli meningkatan pasca pencairan akses kredit atau hibah sekalipun. Umunya bertahan 2-3 bulan, setelahnya miskin lagi bahkan lebih parah. Program pemerintah untuk peningkatan produksi, maka dibantulah kegiatan produksi masyarakat. Tetapi pasca panen produsen akan berhadapan dengan pasar liberal. Matilah produsen kita satu perstau dalam hitungan bulan. Pola konsumsi masyarakat digerakan untuk membeli produk-produk dalam negeri, ketika rakyat mulai mencoba mengkonsumsinya, justru pasar konsumsi diserang oleh kekuatan produksi asing yang sangat murah dan merajai pasar-pasar regional sampai lokal tanpa ada proteksi sedikitpun. Alhasil rakyat beralih lagi ke produk asing yang lebih murah (tanpa pajak dan proteksi).Mungkin sebaiknya jika kelak memilih pemimpin 2014, lebih baik yang memahami pilar koperasi konsumsi, produksi dan kredit untuk mewujudkan kemajuan perekonomian rakyat secara jujur , adil dan tegas.
• Aktivis seni pertunjukan, perupa karikatur , hidup sebagai petani gurem anggota koperasi SEKTI (Serikat Tani Independen ) Jember
Rabu, 10 November 2010
Pluralisme Budaya dalam konteks globalisasi Nusantara
Oleh : Iwan Ende Kusuma, aktivis SDI Jember,02
Nusantara dalam ilustrasi
I
Politik ekonomi kolonial sangat mempengaruhi pola dan semangat perdagangan anak-anak bangsa Nusantara dari jaman ke jaman. Ketika kapal-kapal Eropa masuk memaksa pedagang Nusantara untuk berkongsi mengeluarkan komoditas rempah-rempahnya, menuju pasaran Internasional. Perkongsian tadi menimbulkan gesekan-gesekan kepentingan antar bangsa Eropa, baik Spanyol, Portugis maupun Belanda yang menyusul kemudian. Muncul pula kemasan isu-isu perang antar bangsa Protestan dan Katolik, demi penguasaan secara monopolistik komoditas “emas” tadi. Meskipun sempat juga terjadi perlawanan dari raja-raja Nusantara untuk membela kepentingan para pedagang pribumi tetapi tidak ada yang berhasil mengalahkan kekuatan laut Belanda, karena tidak serentak dan hanya parsial saja. Dan beberapa akibat yang dihasilakan adalah bahwa raja-raja yang kalah atau sengaja kompromi dengan Belanda menyetujui perjanjian-perjanjian dagang, terutama daerah pelabuhan kapal-kapal dagang pribumi yang menjadi saingan dan perintang Belanda dibakar dan dirusak. Tidak begitu lama pula sifat-sifat berlayar niaga dan perdagangan pribumi semakin hancur. Kota-kota pelabuhan besar sudah dikuasai oleh Belanda, terjadilah monopoli perdagangan semua peraturan yang dibuat belanda harus dipatuhi oleh raja-raja serta rakyatnya.
II
Di daerah pesisiran sempat pula terjadi pembrontakan yang dilakukan oleh pedagang-pedagang dari Cina yang merasakan ketidak adilan ketika melakukan perdagangan di Nusantara yang didukung oleh gerakan dari kaum pedagang pribumi di pesisiran, mereka menuntut dan menyerang kedudukan raja agar mampu memperjuangkan nasib perdagangan yang adil. Tetapi berkat bantuan kekuatan senjata dari Belanda, mampu ditumpas habis. Kolonialisasi Belanda semakin berbasis di dalam kerajaan-kerajaan Nusantara, walaupun baru saja kehabisan energi setelah bertempur dengan Portugis. Keuangan negara Belanda menjadi membaik dan menumpuk kekayaannya, ketika selama 3 tahun memaksakan sistem tanam paksa. Bahwa petani diharuskan menyerahkan sebagian tanahnya untuk kepentingan Belanda serta wajib menyetor pajak 1/5 dari hasil panennya. Mulailah praktek-praktek kolusi pada birokrasi-birokrasi yang berlaku di kerajaan Nusantara, muncul kelas-kelas baru termasuk priyayi, pejabat birokrasi dan administrasi dan internal kraton/ kerajaan. Awalan penyusupan misi-misi kristen (protestan dan katolik) yang masuk mendampingi Islam, Hindu dan Budha, monopoli ekonomi, dan praktek birokrasi yang korup serta politik kekuasaan yang menghegemoni telah merambah dilini-lini kehidupan pribumi Nusantara. Penetrasi yang dilakukan oleh kolonial memang tidak serta merta tetapi justru bertahap dan pasti dalam pencapaian target penguasaan. Slow but sure ! lalu, adakah perlawanan-perlawanan dari pribumi yang terpinggirkan?
III
Perlawanan menjadi tidak berarti karena tekanan-tekanan yang dilakukan tidak terlalu hebat dan cukup menghantam kekuatan kolonial Belanda bahkan terjadi pembusukan-pembusukan pada setiap upaya pemberontakan. Rupanya kondisi dan semangat perlawanan pribumi di Nusantara pada waktu itu mengalami “perang saudara”. Dengan kemampuan memainkan politik adu domba, kolonial semakin leluasa menancapkan kekuasaannya. Tradisi dan kehidupan berbudaya masyarakat pun menjadi kabur, tidak menemukan kanal-kanal yang jelas, akar-akar tradisi semakin goyah melawan penetrasi budaya barat efek dari kolonial. Sifat budaya bangunan mereka menjadi inferior, menepi dan mengkerdil karena tergilas kepentingan kolonial. Apalagi setelah terbukanya jalur lalulintas jalan dan kereta api. Maka semakin lengkaplah penguasaan dan penjajahan oleh Belanda, untuk selalu mengkontrol dan mengebiri perlawanan pribumi. Tahapan berikutnya, munculnya wilayah-wilayah onderneming (perkebunan besar) sebagai pemenuhan fasilitas industri di Eropa. Mulailah babak-babak imperialisme barat yang menghisap aset kekayaan dan tenaga rakyat di negara ini.
IV
Sejarah pemandulan perlawanan pribumi Nusantara dalam penindasan ratusan tahun rupa-rupanya perlu dijadikan kajian untuk memandang perspektif pergerakan Nasional “greget” perlawanan terhadap kolonial Belanda. Dengan menggunakan “bahasa” lain yaitu kebangsaan, bahasa yang seharusnya berjarak dengan kemampuan penerjemahan budaya pribumi di Nusantara. Dalam pembangunan sikap kebangsaan inilah terjadi pengalihan perlawanan dan menciptakan musuh bersama diantara kekuatan-kekuatan lokal (akar-akar tradisi) yang secara sosio kultural tersebar di seluruh Nusantara. Butuh waktu lama, untuk menyambungkan antara bahasa Intelektual (sarjana pribumi lulusan Belanda) dan para tokoh-tokoh lokal yang berbasis budaya setempat (ragam budaya Nusantara) yang tentu saja telah terkontaminasi oleh kepentingan kolonial. Tetapi kondisi sosio politik berkata lain, bahwa percepatan menyatukan secara politik ada kesepakatan “ Soempah Pemoeda” sementara meminggirkan strategi budaya dalam kasanah “nasion”. Pembentukan karakter nasional belum menyentuh bahasa-bahasa di akar-akar budaya yang ada di Nusantara, muncullah “bahasa” untuk mempersatukannya yaitu Kebangsaan Indonesia. Dan apakah mampu mengakomodirnya ! kalau belum akan diatur kemudian ! maka diagendakanlah wacana penguatan “ Rasa kebangsaan Indonesia dan pembentukan karakter nasional“ di akar-akar tradisi dan di suku-suku bangsa yang sudah masuk dalam wilayah ke Indonesiaan.
V
Wacana anti penjajahan dan dorongan saudara Tua Asia memaksa para “founding fathers” untuk bersikap secara nasional, pilihan politiknya pada pembentukan “state” yaitu kemerdekaan Indonesia. Dengan sekian perbedaan yang ada diantara elemen-elemen pendiri bangsa inilah terjadi kesepakatan nasional bahwa “Indonesia Merdeka, merdeka dari penjajah Belanda”. Jadilah Indonesia, tetapi bahwa pembicaraan persoalan bangsa tetap menjadi masalah yang belum terpecahkan memang masih menjadi pemikiran, karena sosialisasi kemerdekaan Indonesia daya jangkaunya tidak menembus seluruh Nusantara. Artinya tidak ada perubahan nasib yang nyata bagi para pribumi, mereka masih menjadi orang-orang yang terpinggirkan dalam sosial kemasyarakatannya. Mereka msih menjadi budak di negeri sendiri . Singkatnya ilustrasi serupa masih terjadi sampai sekarang Ya, setelah 50 tahun lebih Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Globalisasi dan sikap Nasional
Globalisasi berasal dari “globe” dalam bahasa Inggris atau “la Monde” dari bahasa Perancis yang artinya Bumi, dan secara luas diartikan bahwa globalisasi akan menjadikan semua bangsa-bangsa di dunia ini satu bumi dan anta batas negara. Dalam arti politik ekonomi globalisasi lebih menghembuskan paham-paham liberalisasi pasar dan privatisasi perusahaan negara menjadi milik swasta publik (asing) tergantung pada mekanisme pasar Internasional. Dan yang akan menentukannya adalah siapa saja yang mampu berkuasa secara ekonomi.
Budaya global bila ditanggapi secara positif selalu mengedepankan isu-isu Hak azasi manusia, Pluralisme agama dan multi kultur, perlindungan lingkungan serta kemajuan teknologi dalam kemasan praktis modernitas yang semua itu adalah hak yang mestinya dapat diakses oleh seluruh umat manusia di dunia ini lewat berbagai media yang tanpa batas juga. Kejadian disatu tempat dapat di dunia ini dapat langsung di akses oleh individu di daerah lain tanpa kesulitan birokrasi apa pun, tentu saja kecepatan mengakses informasi tadi dengan syarat kemampuan menguasai teknologinya. Dan bila ditanggapi secara negatif akibat dari masuknya globalisasi itu adalah terbentuknya pola ketergantungan baik, ekonomi, teknologi bahkan politik pemerintahan pun akan terpengaruh.
Di era global peran politik ekonomi mendesakkan perjanjian perdagangan antar negara bebas dan hampir tak mengenal batas, dalam implementasinya mengharuskan ada privatisasi pada perusahaan-perusahaan milik negara. Privatisasi dilakukan terhadap seluruh aspek ekonomi, termasuk diantaranya perusahaan-perusahaan telekomunikasi, bank, listrik bahkan BBM yang semuanya justru badan usaha yang menguasai hajat hidup orang banyak. Di bidang pertanian, ada suatu kesepakatan yang disebut AoA (Agrement of Agriculture). Di dalam AoA ini diatur mengenai tidak bolehnya suatu negara melakukan proteksi perdagangan pertanian, penghapusan tentang pembatasan tarif, dan dihapuskannya kebijakan subsidi eksport dan produksi pertanian. Kesepakatan lain dibawah WTO ( World Trade Organisation)organisasi perdagangan dunia inilah yang mengatur mengenai pertanian adalah Trade Related Intelectual Proverty Rights (TRIP’s), suatu perjanjian mengenai pematenan terhadap teknologi hasil rekayasa genetika, termasuk juga keanekaragaman hayati yang diakui sebagai penemuan oleh pihak-pihak yang menguasai modal dan teknologi.
Tujuan pertama kali WTO adalah liberalisasi perdagangan, namun pada kenyataannya WTO menyebabkan monopoli perdagangan. Saat ini hampir 97 persen perdagangan dunia dikuasai oleh perusahaan-perusahaan Multi Nasional Coorporation (MNC) dan Trans National Coorporation (TNC).
Perusahaan-perusahaan Internasional juga menguasai budidaya pertanian. Mulai bibit, pupuk kimia, pestisida dan cara pengolahan pertanian dimiliki oleh perusahan tersebut. Di pelosok desa, petani telah dikenalkan, bahkan semakin tergantung dengan produk bibit, pestisida, fungisida dan pupuknya. Secara pasti petani mengalami ketergantungan dengan produk industri teknologi pertanian yang di monopoli oleh perusahaan internasional tersebut.
Perusahaan-perusahaan internasional juga masuk ke Indonesia lewat pertambangan, misalnya Freeport, Inco dan Newmont. Selain membawa persoalan lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat dengan pengolahan limbah yang buruk, industri pertambangan telah menggusur pertambangan rakyat. Korban pertama kali akibat tambang yang tidak bertanggungjawab adalah masyarakat pedesaan di sekitar industri tambang tersebut. Pendapatan ekonomi masyarakat sekitar tambang dengan mata pencaharian yang mengandalkan sumber daya alam telah hilang akibat perampasan hak atas tanah dan pencemaran pada sumber-sumber kehidupannya. Munculnya konflik horisontal yang membutuhkan biaya sosial yang tinggi, perseteruan antar warga, munculnya penyakit-penyakit sosial semakin tak terhindarkan. Aneka ragam penyakit menimpa mereka yang disebabkan zat-zat kimia yang mengalir lewat limbah tambang dan dibuang di sungai, pantai dan laut. Kecemasan yang sangat meresahkan adalah limbah kimia berbahaya yang telah merasuk pada proses regenerasi (fungsi reproduksi) masyarakat sekitar industri tambang yang tidak ramah lingkungan. Lalu bagaimana nasib bangsa bila generasi penerus telah tercemari limbah beracun, adakah produk pemimpin yang cerdas dan briliant di masa datang ? Pribumi telah jauh dari alamnya, telah terjadi disharmonisasi dan keseimbangan antara jagad kecil (manusia) dan jagad besar (alam raya). Manusia tidak lagi menerima berkah alam dari sang Penciptanya, mungkin ?
Dalam kondisi kini, globalisasi perdagangan meyebabkan investasi secara bebas masuk pada kepentingan tingkat pertumbuhan ekonomi negara, maka privatisasi sebagai jawaban untuk memudahkan penguasaan modal. Dalam kenyataannnya penguasaan modal merupakan kekuatan intervensi yang dominan terhadap semua kebijakan negara sehingga justru mengakibatkan keterlanggaran hak-hak warga negara. Nasib masyarakat, khususnya di wilayah pedesaan seperti diujung tanduk. Dari sisi kebijakan tidak ada perlindungan yang pasti akan hak-hak masyarakat, elite politik pun tak mampu mengadakan perlawanan atas intervensi kekuatan modal itu.
Pola-pola peniadaan kepentingan akumulasi modal skala kecil/ UKM untuk petani pada kasus pemasaran hasil produksi pertanian, nampak sekali pada produk kebijakan mengenai aturan pajak import hasil produksi pertanian dari luar negeri. Misalnya beras dan buah-buahan, jelas akan meminggirkan posisi petani. Imperialisme baru sedang terjadi!!!. Kewibawaan negara telah tergadaikan demi kepentingan segelintir investor asing, perang negara sebagai payung politik rakyatnya telah tertembus dan terlewati bahkan dibatasi oleh kepentingan ekonomi. Bagaimana sikap politik secara nasional menghadapi arus globalisasi yang semakin merangsek kepentingan rakyat ? Perjuangan elite politik lebih mementingkan kepentingan kekuasaan dan belum ada desakan untuk berbuat atau menciptakan kebijakan demi kesejahteraan rakyatnya. Rakyat Indonesia masih menjadi budak di negeri sendiri. Lalu bagaimana dengan pembentukan karakter budaya nasional Indonesia, apakah agenda itu masih berguna sebagai pembentukan perlawanan terhadap arus globalisasi sekarang ini. Ataukah sudah terlambat dalam penyikapannnya ketika berada ditengah-tengah arus globalisasi?
Semangat Pluralisme Budaya dalam posisi ke Indonesiaan
Indonesia kini, ketika masa-masa reformasi sudah berjalan sampai detik ini pun sepertinya belum ada perubahan yang berarti untuk perbaikan keberlanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua belum berubah baik birokrasi dan administrasi pemerintahan, institusi peradilan, prilaku kelas-kelas peninggalan Belanda, penguasaan ekonomi dan penghargaan terhadap proses budaya di lokal-lokal. Perubahan yang hanya didasari kepentingan politik telah merubah struktur politik menyangkut keberadaan dan aturan dasar negara (amandemen UUD 45), tetapi itu tidak akan berarti juga ketika suasana hegemoni negara masih terlalu dominan. Lantas bagaimana semangat pluralisme budaya mampu memberikan kontribusinya dalam membangun interaksi kehidupan berbangsa ?
Pluralisme budaya pada substansinya merupakan nyawa atau inti semangat kekuatan interaksi komunitas tradisi dalam memandang kompleksitas kemajemukan budaya Nasional, dan semangat ini faktor potensial untuk menggagas toleransi antar budaya di Nusantara. Kata-kata kutipan kitab Bhagawad Gita bahwa semangat interaksi antar manusia adalah untuk menambah kesuburan Religiositas jaman baru yang sejuk, toleran, tidak fanatik dan tidak dogmatik seharusnya mengingatkan pada kepercayaan komunitas tradisi atau mitologi di Nusantara tentang sikap mental “tantularisme” keesaan Tuhan dan keesaan kebenaran berujung pada cinta kasih. Dalam konteks ini kebudayaan diartikan sebagai suatu harkat yang secara esensial, alamiah dan kekal menjadi “jiwa” sebuah negara dan bangsa. Kebudayaan adalah”nilai-nilai luhur” yang melekat dan tidak dapat dipisahkan dari negara dan bangsa, dan biasanya ujung-ujungnya ber”markas” pada primordialisme lokalitas.
Dan realitas ini adalah pengalaman kondisi pemahaman pluralisme budaya di Nusantara , karakter budaya lokal yang religius, non dogmatis, akomodatif, toleran dan optimistik telah tertergeser menjadi nilai-nilai politik kebudayaan. Munculnya Pancasila oleh Soekarno, merupakan pemahaman pluralisme budaya yang memasuki wilayah politik kebangsaan saat itu, dilanjutkan dengan struktur politik liberal (demokrasi parlementer) serta pelaksanaan pesta demokrasi politik 1955 dengan multi partainya sampai pada Dekrit Presiden (politik tangan besi: demokrasi terpimpin), dan otoriter pluralitas pada kekuasaan ORBA yang telah mengembalikan pandangan yang mengesahkan “pada kondisi budaya yang majemuk (plural) membutuhkan kekuatan tangan besi untuk mengaturnya” budaya yang centralistik. Lalu bagaimanakah praktek strategi budaya di masa pemerintahan reformasi oleh Megawati ditengah-tengah semangat politik ekonomi yang neo-liberal ini ? Adakah langkah praksis untuk menebus dosa sosial ?
Ajaran menuju kebaikan demi kemaslahatan orang banyak telah banyak mengalun dan mengalir pada pemikiran para pemikir bangsa dan hampir sepanjang masa pula ajaran tentang moralitas tersebut di si’arkan lewat mimbar-mimbar, podium-podium, lembaga-lembaga adat, institusi pendidikan bahkan di institusi-institusi dan pelembagaan agama untuk umatnya. Tetapi hampir-hampir tidak memunculkan hasil yang menggairahkan demi ke Indonesia an yang lebih baik untuk kesejahteraan rakyat, kreatifitas tradisi yang mendinamisir budaya lokal nampaknya mengalami jalan buntu. Budaya lokal telah berada dalam himpitan kekuatan politik budaya global yang menyerang setiap unsur dan sendi-sendi kebudayaan, diskriminasi semacam ini tentu saja memerlukan penyikapan secara nasional dengan jaminan negara sebagai payung politik. Realitasnya budaya lokal sebagai institusi komunitasnya pun tidak pernah berpikir global dan pemikiran global yang tidak pernah di”bumikan” ke lokal yang menyebabkan kemandegan. Kuatnya arus globalisasi semestinya disikapi secara kontekstual, mungkin dengan menggagas penguatan pemahaman kebudayaan yang “baru”.
Menggagas Indonesia “Baru”, suatu yang tabu ?
Kebudayaan Indonesia disusun oleh kesatuan atas berbagai daya rangsang suara rakyatnya yang dilontarkan keseluruh sudut dunia yang kemudian dilontarkan kembali dalam suaranya sendiri. Sehingga bangunan entitas budaya lokal perlu penguatan bukan pelestarian tetapi lebih mengarah pada penataan sebagai organ yang mampu bersikap secara mandiri dan resisten terhadap goncangan “perubahan”, membangun dialektika kehidupan kontituennya menjadi kepercayaan budaya “baru”. Karena Revolusi budaya adalah penempatan nilai- nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus dihancurkan, termasuk rekonstruksi budaya lokal menuju revitalisasi tradisi agar lebih demokratis (tidak paternalistik), tidak terlalu fanatisme, insklusif dan memandang penting proses transformasi nilai dan regeneratif dan tetap memandang pluralisme budaya tawaran globalisasi secara kritis.
Kebudayaan tidak bersifat esensial deterministik, melainkan adalah sebuah proses konstruksi “imajinatif” yang dinamis dan terus menerus berlangsung untuk menentukan sesuai hati dan pikiran untuk kebutuhan jaman. Artinya kebudayaan Indonesia adalah kekuatan “kata kerja” yang selalu memandang”kemajemukan adat budaya yang dinamis dalam wilayah nasion/ bangsanya” atau kebhinekaan dalam kasanah demokrasi Indonesia.
Pandangan kebudayaan “baru” mengarah untuk membangun terbentuknya kedaulatan dan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia dengan semangat kebangsaan, mungkin pada tahapan awalnya perlu “perjuangan kelas” oleh komunitas masyarakat yang terpinggirkan baik secara ekonomi, budaya dan politik. Pada kondisi yang adil tanpa diskriminasi ini baru dibicarakan konteks Pluralisme budaya dalam kasanah Kebangsaan. Bahasa konktret tahapan ini adalah merebut kembali akses modal secara ekonomi untuk membangun kondisi struktur politik dan budaya di dalam komunitas masyarakat lokal. Kondisi ini sebenarnya menjawab bahwa Pluralisme budaya bukan di”motori” oleh politik globalisasi tetapi justru merupakan penyikapan nasional. Bahwa pengembalian semangat kebangsaan dan kewibawaan negara sebagai payung politik yang melindungi segenap bangsa dan rakyat Indonesia, kondisi ini penting dan harus segera diwujudkan, agar negara tidak selalu terkontaminasi oleh politik ekonomi global. Efeknya pada pemerintah daerah (otonomi daerah), atau bahkan pada institusi-institusi pendidikan (swastanisasi) maupun ekonomi(privatisasi). Dan mungkin pula menghinggapi pemikiran kita sekarang ini.
Mungkin ide ini masih abstrak : kalau secara ekstrem katakanlah suatu usaha menuju “Federasi Indonesia” (sistem negara federal), ini yang perlu untuk selalu dicermati. Bahwa gagasan federasi akan banyak syarat yang mengikutinya :
- Negara dalam keadaan stabil artinya kondisi keteraturan dari masyarakatnya telah mencerminkan demokrasi. Negara-negara bagian nantinya akan diatur oleh aturan-aturan mengenai politik luar negerinya oleh Pusat (sentralisasi) juga hasil pendapatan SDA, keahlian SDM, semuanya tidak seenaknya atas otonomi ekonomi yang individualistis.
- Negara menjamin pembentukan entitas budaya lokal sebagai rumpun solidaritas etnis kesamaan karaklter dan tradisi dalam sustu kewilayahan. Budaya lokal adalah sebuah kekuatan organ yang akan mampu mengatur strutur politik dan akses ekonomi sebagai perimbangan pendapatan dan partisipasi dalam kebijakan politik secara nasional
- Negara sebagai payung politik, untuk mengatur, mengelola dan merencanakan suatu koordinasi secara nasional tentang politik luar negeri, yang menyuarakan kepentingan masyarakatnya.
Dari berbagai syarat di atas mungkin pandangan tentang federasi akan lebih dapat dilihat sebagai wacana kebangsaan. Sehingga jargon “persatuan dan kesatuan” dan klaim Nasionalisme Indonesia lebih jelas dan bukan semata-mata demi menyelamatkan aset elite-elite di Jakarta ( bahaya laten) karena terjadi dikotomi pendapatan yang hanya menyentral di satu poros Jawanisasi. Jika desentarlistik terjadi maka kemungkinan akan menumbuhkan kesadaran kebangsaan atas kesamaan rasa solidaritas etnis, tradisi dan karakter budaya lokalnya maka, rakyat Aceh, Papua , Borneo, Sulawesi atau Maluku yang sekian lama terhisap SDA-nya tanpa mengenyam sedikitpun hasil kekayaannya, akan kembali bergairah dan kreatif dalam mengenali budaya lokal yang selama ini terpinggirkan oleh kepentingan “strategi kebudayaan Nasional” yang sentralistik. Sehingga akan mampu mewarnai pembentukan karakter budaya nasional sehingga lebih bercorak “imajinasi” ke Indonesia an di jaman baru. Smoga dapat dijadikan bahan diskusi yang menarik. Amin.
Kamis, 04 November 2010
rakyat merdeka 21%
kerakyatan kita dipimpin oleh 21% orang Indonesia, dapat kita definisikan dengan kehidupan yang menimpa rakyat di negara kita, dengan prakiraan pandangan kenyataan :
- Pembangunan ekonomi di Indonesia, masih di nikmati 21 % rakyat kelas atas
- Hanya 21 % saja terjadi pembangunan di daerah-daerah
- Setiap tahun penyerapan tenaga kerja hanya 21 %
- Pembangunan rumah untuk rakyat menengah-kebawah setiap tahun hanya 21 % saja
- Akses kredit pemerintah hanya 21 % yang dikucurkan pada rakyat kelas bawah
- Hanya 21% fasilitas pendidikan yang diserap oleh rakyat miskin
- Petani tebu hanya menikmati keuntungan 21 % dari seluruh hasil produksinya
- Petani tembakau hanya mendapatkan 21 % bagi hasil cukai
- Hak mendapatkan fasilitas kesehatan untuk rakyat miskin hanya 21 % yang dipenuhi
Berkah para pemimpin negri ini dahulu yang telah menghantarkan kedepan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia ternyata mengalami penyusutan tajam....mungkin kemerdekaan Indonesia dulu belum mentok ke angka 100%, sehingga benturan dan gonjang ganjing yang terjadi selama ini menyebakan ausnya prosentase kemerdekaan Indonesia. Atau kita bersama rakyat semua yang tidak pernah memupuk rasa bangga terhadap kemerdekaan Indonesia dan justru mengabaikan kosa kata "didepan pintu gerbang kemerdekaan" tersebut. Bahwa makna yang mungkin akan muncul pasca "kita memasuki pintu gerbang" tersebut tidak ter diskusikan dengan detail. akibatnya setelah masuk...kita gagap...kita takut....kita tidak berdaya...kita diam atau kita mesti ribut-ribut mencari posisi sendiri-sendiri secara optimum dengan angka 21 % ? smoga para pendiri negri Indonesia ini tidak kecewa terhadap perjuangan kita dalam mempertahankan kemerdekaan 100%.dam semoga para pemimpin Indonesia sekarang ini segera berjuang untuk mendapatkan kemurnian kemerdekaan 100% bagi seluruh rakyat Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)