NAPAK TILAS PERJALANAN HAYAM WURUK
SEBUAH PENGGALIAN ASET BUDAYA JAWA TIMUR
Tidak dapat disangkal bahwa kakawin adalah sumber tertulis ,yang sangat penting bagi pengetahuan kita tentang seiarah pulau Jawa pada abad ke-l4. Kakawin NEGARAKRTAGAMA tersebut, yang selesai ditulis oleh Mpu Prapanca. Mpu Prapanca sebagai sosok penulis pada jaman dulu yang sangat menjiwai peranya, yaitu sebagai jurnalis yang tidak “istana sentris” karena beliau selain menggambarkan kondisi Raja Hayam Wuruk, Mahapatih Gajahmada juga menggambarkan kondisi lingkungan masyarakat sekitar perjalanan raja.
Selama lebih dari tiga perempat abad penelitian terhadap Kakawin
NEGARAKRTAMA berdasarkan satu naskah saja yaitu naskah yang diselamatkan dari reruntuhan Puri Cakranagara di Lombok pada tahun 1894.Tetapi secara tidak terduga pada sekitar akhir tahun 1970an puluhan beberapa contoh naskah lontar lyang serupa ditemukan didaerah Klungkung dan Karang Asem Bali sehingga mendorong para peneliti untuk membandingkan dengan naskah yang terdahulu.
Penelitian terhadap kakawin Negarakrtagama mula-mula dilakukan oleh seorang sarjana belanda yaitu Dr. JLA Brandes. Berdasarkan transkripsi tersebut kemudlan H. Kern secara bertahap menyediakan terjemahan dalam bahasa belanda yang diterbitkannya pada tahun 1919, dilengkapi dengan catatan oleh N.J. Krom. Dari jejak Kern kemudian diikuti oleh beberapa sarjana lain dengan membuat beberapa terjemahan terhadap kakawin antara lain seperti Poerbaijaraka C.C.Berg, F.D.K. Bosch serta A teeuw dan Uhlen Beck . Selain itu Slamet Mulyana yang menterjemahkan dalam bahasa Indonesia pada tahun 1953. Akhirnya naskah tersebut di teliti ulang oleh Th.Pigeaud secara lebih mendalam dan diterjemahkan kedalam bahasa Inggris. Studi yang monumental tersebut berjudul Java in the l4th century, diterbitkan pada tahun 1960 -1963. Pada tahun 1995 S.O Robson muncul terjemahan dengan gaya bahasanya , yaitu “Desawarnana” yang diterbitkan oleh KITLV di Leiden. Terbittan ini bisa dikatakan naskah terjemahan yang paling sempurna.Mungkin karena Robson mengabaikan kualitas satra, dia hanya mengutamakan makna yang tepat agar nantinya berguna sebagai pegangan para sastrawan, agama, peneliti purbakala maupun sejarawan di kemudian hari. Dia mengarahkan untuk melihat isi pokok pandangan Prapanca mengenai gambaran kondisi desa-desa di wilayah kekuasaan Majapahit pada abad 14 tersebut.
Gagasan untuk mempromosikan napak tilas Raja Hayam wuruk sudah dilontarkan sejak Soelarso menjadi Gubernur Jatim pada tahun 1992. Buku dengan judul “The king’s Trail” merupakan gagasan yang sebenarnya patut untuk didukung dan dikonktritkan sebagai guideline sejarah dan aset budaya di Jatim.Dalam naskah Desawarnana pupuh 17-60 terdapat penggambaran perjalanan Raja yag menempuh jarak 600 km dengan 175 tempat atau desa yang disinggung oleh Prapanca dan 50 nama tempat.
Tidak puas dengan studi pendahulunya maka Nigel , mengadakan penelusuran dengan kemampuannya menerjemahkan naskah dipadu empirik lapangan. Dia melakukannya selama tiga tahun di lapangan berhasil memperoleh sejumlah data yang cukup memuaskan walaupun harus diakui bahwa masih terdapat banyak tempat yang memerlukan penelitian iebih lanjut. Napaktilas Nigel merupakan langkah awal terbukanya informasi teraktual. Sehingga mendorong kami para pemuda Jawa Timur terutama tim Jember Heritaged untuk terjun dan mencari jejak sejarah peninggalan Jejak perjalanan Raja Hayam Wuruk pada abad 14 yang makin lama makin kabur. Semoga bahan yang kami kumpulkan dari lapangan , baik berupa foto maupun data wawancara dari berbagai sumber akan dapat menjadi landasan bagi suatu terbitan yang menarik. Harapan kami informasi ini nantinya membantu proses pembangunan di daerah JawaTimur, khususnya di sektor budaya dan pariwisata.
Beberapa nama yang disebut dalam naskah Negarakrtagama atau Desawarnana adalah Napak tilas Raja Hayam Wuruk abad 14 yang berada di wilayah jember dan sekitarnya antara lain :
Prapanca menceritakan bahwa sadeng dan Keta ditaklukkan pada tahun 1253 tahun saka (1331 M) waktu itu seluruh bumi nusantara dibawah perlindungan mahapatih gajahmada . Digambarkan mahapatih ini terkenal bijaksana, kemudian pada 1364 M jatuh sakit danmneinggal dunia.(nag 70:3) Perjalan yang diceritakan sebagai berikut “ pagi-pagi sekali berangkat menuju Sadeng melalui Kunir (kuniur adalah nama desa di Lumajang sebelah timur yang berbatasan dengan Jember) dan Basini, menginap beberapa malam menikmati keindahan alam di sekitar sarampwan. Dari sadeng raja haym wuruk menuju kutha bacok yang tereletak dipinggir pantai melihat karang yang terkena ombak dan terpencar seperti hujan. (nag 22: 4-5). Setelah bermalam di muara sungai bondoyudo (rabut lawang) rombongan Raja lurus ketimur menyeberangi sunagi Besini disekitar Gumukmas (ada peninggalan candi gumukmas/ candi boto) diteruskan ke Puger. Diceritakan tentang gunung watangan sebelh timur desa Puger, bahwa terdapat nama sarampwan disekitar gunung tersebut. Sekitar Kucur 2km sebelah barat gunung watangan terdapat makam “mbah srampon” (menurut sumber nelayan mbah sirat/ penjaga makam). Mbah sirat menjelaskan makam ini lebih dikenal dengan nama makam Mbah tanjung. Menuju timur lagi terdapat nama kuta bacok (watu ulo) dengan formasi gunung karangnya, dulu dikenal orang salah satu puncaknya adalah gunung bacok.
Perjalanan dari kuta bacok menuju patukangan, mengenai perjalanan Raja dari kuta Bacok (watu ulo) sampai dengan Patukangan (situbondo) memang beberapa daerah sudah tidak bisa teridentifikasi dari penceritaan Prapanca. Mugkin karena daerah-daerah yang ditulis Prapanca kini sudah berganti nama (gelombang migrasi orang madura). Beberapa nama yang teridentifikasi diroadmap adalah dari Balung , Renes (Wirowongso Ajung) , pakusari (dulu pakis haji), mayang (menyusuri kali Mayang) menuju Kalisat sukowono dan Tamanan . Selepas dari sana, kemudian menuju Pakambangan atau Gambang desa Tlogosari Bondowoso. Prajekan bondowoso dan menuju ke panarukan atau patokengan (Patukangan).
Sementara beberapa nama desa yang lainya seperti Pakusari (pakis haji), pakembangan( pakambangan), tangsil (tamangsil), jurang dalem nama-nama ini seperti yang terdapat dalam naskah Negarakrtagama tetapi masih belum memberikan kepastian. Patukangan dapat diidenfikasikan dengan Desa Patokengan, Desa peleyan Kec. Panarukan kabupaten Situbondo. Disana terdapat tanah lapang dengan sebutan kota bedah, ditemukan pecahan keramik. Orang disana mengenalnya peninggalan Adipoday (masyarakat setempat menyatakan raja ini bersasal dari Pulau Sepudi madura) ayah Joko Tole (menurut madura) sedang menutur orang jawa daerah ini terdapat kepala minak jinggo. Disana juga terdapat batu besar yang konon kabarnya dipakai sebagai tambatan perahu ( kini letaknya jauh dari pantai). Konon sungai sampayan dulu terkenal begitu besarnya hingga kapal bisa sandar dekat dengan kota Panarukan Situbondo (sejarah PT jakarta Loyd melakukan pengiriman tembakau dari dermaga Panarukan). Tetapi sementara kita akan mengamati nama-nama desa yang ada di sekitar jember dulu sebagai permulaan. Untuk memulai mengamati kembali nama desa-desa dalam kakawin tersebut, kita akan mencoba menelaah nama-mana itu dari daerah Jember dan sekitarnya. Nama-nama tersebut terdapat dalamnya antara lain;
Nama desa sekitar jember dalam pupuh dan perkiraan kondisi sekarang
1. Wedhi guntur 22:2 Pantai blok kelor cakru kec.kencong jember
2. Bajraka Angsa(bawahan). Biara taladhwaja, pantai (bujangga manik )
3. palumbwan 22:3 hutan Sektar desa cakru kencong jember
4. Rabut lawang Muara bondoyudoMayangan/ gumukmas/ cakru
5. Balater Gumukmas
6. Kunir 22:4 Kunir Perbatasan jember lumajang
7. Basini Desa/ sungai Ds besini puger kulon atau kali besini gumukmas
8. Sadeng Desa Sadengan grenden puger
9. Sarampwan Desa Sarampon sempat dilalui bujangga manik/masih ada makam mbah srampon Kucur gunung watangan, desa puger wetan puger
10. Kutha bacok Desa/pantai Antai wana wisata watu ulo atau desa sumberrejo Ambulu Jember
11. Balung 22:5 Balung Balung kec Balung jember
12. Habet Jenggawah
13. Tumbu ?
14. Galagah ? glagah wero panti ?
15. Tanpahing ?
16. Renes Wirowongso ajung jember
17. jayakerta Kertonegoro Ambulu
18. Wana griya 23:1 Wonojati jenggawah
19. Doni ?
20. Bentong ? lengkong mumbulsari?
21. Puruhan ?
22. Bacek ?
23. Pakis haji Pakusari timur kota jember
24. Padangan ?
25. Secang Desa Pocangan sukowono
26. Jati gumlar ? candi jati jelbuk atau jatian arjasa ?
27. Sila bango Desa ? ? klabang bondowoso
28. Dewarame ?
29. Dukun ?
30. Pakambangan 23:2 Pujer jember/bondowoso
31. Daya Lembah kali sampeyan
32. Jurang dalem Desa/jurang Ds jurang dalem patemon
33. Tamangsil Desa Tamanan/ Tangsil kulon/wetan bondowoso
Sementara dari data ini nantinya akan dijadikan sebagai bahan awal untuk memulai penjelajahan baik pencarian data primer lapangan maupun pengumpulan data sekunder yang diharapkan dapat membuat terang jelasnya informasi jejak perjalanan raja Hayam Wuruk di Jember. Arahan yang memungkinkan yaitu forum lingkar studi lintas ilmu atau forum group discussed (FGD) dari beberapa aktifis budaya yang secara rutin membicarakannya berantai mengakitkan penemuan demi penemuan. Sehingga diharapkan akan muncul satu tulisan mengenai jejak perjalanan yang dimaksud oleh Mpu Prapanca mendekati informasi yang sebenarnya. Hasilnya diharapkan akan mampu memberikan awalan cultural image Jember character building atau penggambaran budaya Jember dalam membangun karakternya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar